25 Desember, Hari Natal atau Bukan?
Perayaan Natal pada dewasa ini adalah merupakan Hari Raya Gereja untuk memperingati “Hari Kelahiran Yesus”. Kini pengaruh Perayaan Natal sudah sedemikian meluas dan merata di hampir seluruh lapisan masyarakat di semua negara, sehingga bukan hanya umat Kristiani saja yang merayakannya tetapi juga masyarakat agama lainpun yang tidak mengakui Yesus sebagai Tuhan dan JuruSelamat telah turut pula merayakannya.
Penyelidikan sejarah menunjukkan, bahwa apa yang sekarang di kenal sebagai “Masa Raya Natal” sama sekali tidak ada dan tidak dikenal sejak turunnya Rohulkudus di Yerusalem, (Kisah Para Rasul 2:1-4) sampai zaman Ireneus dan Tartulianus (+_ 200 tahun sesudah Kristus). Sumber-sumber Alkitab Perjanjian Baru menunjukkan pula peristiwa menyangkut kelahiran Yesus yang jika diteliti dengan baik, maka jelas menghapus kemungkinan tanggal kelahiran Yesus itu jatuh pada tanggal 25 Desember. Misalnya Injil Lukas 2:8-12, tidak mungkin Yesus lahir pada tanggal 25 Desember, sebab pada tanggal ini Palestina berada pada “puncak musim dingin” yang sering di barengi dengan turunnya hujan. Pada musim ini tidak ada kemungkinan bagi Gembala-gembala untuk menjaga ternaknya pada waktu malam di padang Efrata. Masa yang lebih tepat adalah di musim panas yang jatuh pada sekitar bulan Juni-September.
Catatan -catatan Sejarah menunjukkan bahwa tokoh-tokoh Gereja pada abad-abad permulaan, tidak menaruh perhatian khusus terhadap perayaan Natal ini. Kelihatannya berbeda dengan Bapak-bapak Gereja dewasa ini yang begitu mengagungkan perayaan Natal. Patut kita ketahui bersama sebagai Umat Kristen bahwa cara-cara Perayaan seperti yang dikenal dewasa ini mengingatkan kita pada tata-cara adat-istiadat kuno yang berlaku ditengah masyarakat yang hidup pada abad-abad permulaan bahkan jauh sebelumnya, misalnya seperti berikut ini : Penggunaan “lilin” mengingatkan kita pada “Pesta Penyucian” di kalangan Umat Yahudi. Penggunaan “pohon” dengan “hiasan” lilin diambil dari “adat penyembahan” Jerman Kuno (Old Teutonic nature worship). Pemberian-pemberian “hadiah Natal” diambil dari adat-istiadat Romawi. Bahkan kini dikalangan gereja setan (satanisme) yang semakin merajalela di Dunia Barat juga menggunakan lilin dalam upacara-upacara ritual mereka. Hati-hatilah supaya jangan ada diantara kita yang tanpa disadari telah tertawan oleh ajaran turun-temurun yang salah; sebagaimana nasehat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. (Kolose 2:6-15)
Perayaan “25 Desember” Setiap tahun bangsa-bangsa di muka bumi bersukaria menyambut kedatangan NATAL 25 Desember, seolah-olah Yesus sendiri datang sebagai bayi, setelah setahun penuh tidak ada di tangah-tengah umat manusia. Dalam penanggalan Julian ada dicantumkan tanggal 25 Desember sebagai “The Wintersolstice” (titik terjauh matahari dari katulistiwa) sehingga hari ini adalah hari yang sangat dihormati. Pada titik terjauh dari katulistiwa ini, matahari akan bersinar lebih panjang dan kekuatannya menaik dalam titik balik. Hari “25 Desember” ini adalah hari perobahan musim dingin menuju ke musim panas yang menyenangkan. Masyarakat yang hidup di Negeri-negeri timur Purba (dengan nilai kebudayaan yang agak tinggi) kenal dengan baik apa yang dimaksud dengan “Pesta 25 Desember”. Mengapa? Sebab bangsa-bangsa Parsia, Asyira, Babilonia dan negeri-negeri Timur lainnya mengenal tanggal “25 Desember” itu sebagai hari Pemujaan terhadap Dewa mereka yang baik hati, yang merubah musim dingin kemusim panas. Pesta Pemujaan “25 Desember” ini sangat berpengaruh dikalangan masyarakat dunia Timur dan masing-masing merayakannya dengan nama-nama Dewa mereka yang berbeda misalnya: Mithras untuk orang-orang Parsia/Aryan. Adonis untuk orang-orang Phunisia. Bel dan Tammuz untuk orang-orang Babilonia (cepat meluas ke dunia barat). Pemuja-pemuja Dewa bangsa Romawi memegang kebaktian-kebaktian Penyembahan Dewa dimana Dewa Jupiter menjadi Dewa Utamanya, tetapi menjelang kurang lebih 273 (TM), Jupiter diganti dengan “Ilah Utama” Pemujaan Dewa Romawi yang dianggap sebagai “The Supreme God” yakni Dewa “Bel” menjadi “Ilah Kepala” dengan nama “Sol in Victus”(The Unconquareble Sun) dan sekaligus merubah perayaan dari bulan September ke “25 Desember”.
“Mythos” Penyembahan Dewa Matahari ini adalah sebagai berikut: Orang-orang kafir beranggapan bahwa pada hari “25 Desember” itu; Matahari dilahirkan kembali (titik balik).Yang melahirkannya adalah seorang Perawan Suci atau Ratu Sorga. Ratu Sorga itu merupakan pembawa terang, pembebas dan lain-lain. Sungguh mengagetkan bahwa masyarakat Dunia Timur itu memuja seorang “Bunda Suci” dan “Anak” dimana anak ini dikenal sebagai “Dewa Matahari” yang diinkarnasikan atau dijelmakan. Fransz Coumont dalam hal ini, juga mencatat mengenai Aurelius yang menciptakan kebaktian baru “The Invicible Sun” selaku pengganti Pesta September dalam menghormati Jupiter yang outmode itu, penduduk Romawi menetapkan tanggal “25 Desember” sebagai Pesta menghormati Dewa Matahari yang baru yaitu Dewa “Bel”. Sekalipun penetapan Pesta 25 Desember ini sudah terjadi ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus sebagai manusia kedalam dunia ini, namun Pesta Perayaan Penyembahan Dewa ini tidak lagi disebarluaskan di Roma dan di negeri-negeri sebelah barat lainnya.
Kurang lebih setengah Abad sejak di mulainya Pemujaan Dewa Matahari “Bel” di Roma, “Raja Constantine” masuk agama Kristen (jadi orang Kristen) dan didalam kegiatan gereja ia tergerak untuk menjebol hal-hal yang oleh gereja dianggap sebagai bentuk-bentuk Pemujaan Dewa . Perayaan 25 Desember adalah salah satu bentuk-bentuk Pemujaan Dewa yang masih berjalan terus. Tidak lama kemudian beberapa Raja dan Pimpinan Gereja coba menindakinya. Ternyata Pemujaan Dewa tetap hidup didalam Gereja, karena orang-orang yang sudah menjadi Kristen bersama-sama dengan rakyat Romawi tetap merayakan Pesta “Pemujaan Matahari”. Pada masa itu Gereja menghadapi dilema yang tak terselesaikan. Berulang-ulang Gereja memohon kepada Kaisar Constantine untuk mengeluarkan peraturan-peraturannya yang ketat dengan pengharapan bahwa perintahnya akan dapat mencegah Rakyat Romawi yang memuja Dewa supaya tidak lagi melaksanakan Pesta Pemujaan Dewa Matahari. Segera karenanya Constantine mengambil tindakan kebijaksanaan, ia menyarankan Gereja mengadakan pendekatan kepada para pemuja-pemuja dewa itu dengan membiarkan mereka tetap merayakan Pesta 25 Desember yang selama ini mereka lakukan dan jangan lagi menambah “ketegangan”.
Seorang penulis Katolik bernama Aringhus, mengakui adanya penyesuaian antara pemuja-pemuja Dewa itu dengan bentuk-bentuk Kebaktian Kristen. Pemimpin-pemimpin Kristen pada masa itu merasa perlu dalam rangka pertobatan semu untuk “menyamarkan diri” serta membiarkan adanya adanya penyelenggaraan perayaan. Bagaimana masalah itu diselesaikan, dinyatakan oleh Dr.Hooykaas dengan tepat: “..Gereja senantiasa khawatir untuk mendekati orang-orang “kafir” itu dan bertindak secara setengah jalan, yakni dengan membiarkannya tetap melaksanakan Pesta “25 Desember” yang sudah mereka lakukan itu, lalu memberi baju Kristen, atau menggabungkan dengan makna Kristen..” Hal ini dikarenakan sukarnya kemungkinan menghapus, kebiasaan-kebiasaan “kafir” itu, maka Gereja mencoba untuk mengkuduskan adat dan Pesta ini. ”Sejarah mencatat dalam hal ini Gereja ragu dan khawatir kalau-kalau penyembahan ganda ini akan mengacaukan keyakinan Kristen, sehingga Gereja mengizinkan dirayakan sebagai pesta: Perayaan kelahiran Kristus yang disesuaikan dengan tanggal penyembahan berhala (Dewa Matahari) yang jatuh pada hari yang bersamaan. Hal ini terjadi pada tahun 354 (TM), ketika untuk pertama kalinya “Gereja” merayakan “Kelahiran Yesus” atau “Hari Natal” pada tanggal “25 Desember”. Bapak-bapak Gereja pada masa itu merasa bahwa dengan jalan ini mereka akan dapat menjadikan “pemuja-pemuja dewa itu sebagai penyembah-penyembah “Yesus Kristus” sebagai ganti Dewa Matahari yang literal. Hingga sekarang inipun peristiwa “Natal” telah menjadi adat-istiadat turun-temurun dilakukan secara umum dan merata dalam hampir semua aliran atau denominasi Gereja, dan bahkan sudah menjadi tradisi Gereja.
KESIMPULAN Setelah sama-sama kita dalami sejarah dimulainya PERAYAAN NATAL dikalangan umat KRISTEN yang jatuh pada tanggal 25 Desember itu dimana catatan sejarah menunjukkan BAHWA perayaan itu telah diambil dari Penyembahan berhala Dewa Matahari dan dimasukkan kedalam Gereja dan kemudian menjadi Masa Raya Gereja yang paling semarak, maka pada kesempatan ini ada baiknya kalau kita kembali pada Kebenaran Alkitab, dengan membaca sebagian nasehat yang terdapat dalam Firman Tuhan sebagai berikut:
2 Korintus 6:16-18 “Dan apakah hubungan yang ada diantara Rumah Allah dengan berhala? Karena kita inilah Rumah Allah yang hidup , seperti Firman ALLAH: Bahwa Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup ditengah-tengah mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umatKu sebab itu: keluarlah kamu dari mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, Firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan demikianlah Firman Tuhan, yang maha kuasa.
Yeremia 10:1-6 Dengarlah firman yang disampaikan TUHAN kepadamu, hai kaum Israel! Beginilah Firman TUHAN: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang di segani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu “pohon kayu” yang ditebang orang dari hutan yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu. Orang memperindahnya dengan emas dan perak; dan memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang, Berhala itu seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara, orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat. Tidak ada yang seperti Engkau ya TUHAN! Engkau besar dan namaMu oleh keperkasaan”
Ephesus 4:17-18 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu didalam Tuhan: Janganlah lagi hidup sama seperti orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada didalam mereka dank arena kedegilan hati mereka.
Markus 7-9 Percuma mereka beribadah kepadaKu sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia. Yesus berkata pula kepada mereka: Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.
2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.
vhttps://www.facebook.com/groups/kebenaransejati/permalink/318357368306401/Ephesus 5:27 Supaya dengan demikian ia menempatkan jemaat di hadapan diriNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Yeremia 23:23-24 “Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat dan bukan Allah yang dari jauh juga? Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia?” Dengan kata lain, Allah bukanlah berhala yang terbatas atau kepada suatu tempat atau keadaan. Itu adalah pengertian orang kafir. Tetapi bagi kita yang percaya kepadaNya sekarang kita diperhadapkan kada dua pilihan. Melakukan kehendakNya atau kehendak sendiri, pilihan atau keputusan ada pada kita sebab pilihan yang kita ambil hari ini menentukan langkah kita kedepan.
Sekarang kita hidup pada penghabisan jaman, dimana Gereja Tuhan sedang menuju Kesempurnaan. Yaitu Kesempurnaan yang dibangun atas ajaran Rasul-rasul dan Nabi-nabi dengan Yesus Kristus sebagai BATU PENJURUNYA (Ephesus 2:20). Berhubung Gereja dibangun atas ajaran Rasul-rasul dan Nabi-nabi baiklah kitapun mempelajari, meneladani apakah terdapat Rasul-rasul dan Nabi-nabi yang merayakan kelahiran Yesus? Alkitab tidak pernah mencatat adanya Rasul ataupun Nabi yang merayakan Kelahiran Yesus; sebab itu marilah kita tetap dalam ajaran Yesus, seperti yang dianjurkan dalam 2 Yohanes 1:7-11. KEPUTUSAN MENGHASILKAN KEKUATAN…!!!!
Tulisan di atas ini di sadur ulang dari: Traktat “Natal dan Sejarahnya” Oleh: Pdt. Markus Frederik da COSTA.
https://www.facebook.com/groups/kebenaransejati/permalink/318357368306401/
https://www.facebook.com/groups/kebenaransejati/permalink/318357368306401/
No comments:
Post a Comment