BERANDA ABOUT US ADS : 1 USD FOREVER ASMARA BIOGRAFI BUKU BUKU PINTAR
CHRISTIAN FAITH DISCLAIMER DUNIA KERJA ENTREPRENEURS GO PUBLIC (IPO)
KESEHATAN LIST OF ALL ARTICLES MARKETING MY STARTUP OTHERS
TIP SUKSES DAN KAYA TIPS BLOGGER TIP SEO
Reporter : Sri Wiyanti | Rabu, 8 April 2015 09:03
Merdeka.com - Siapa yang tak pernah mendengar Hermes, Gucci, Louis Vuitton, Chanel? Merek produk mode dunia. Tas, sepatu, jam tangan, hingga pakaian dan aksesoris keluaran rumah mode tersebut dibanderol hingga ratusan juta rupiah.
Kualitas premium yang diakui pecinta mode dunia ini sudah tidak bisa dibantah lagi. Tidak sedikit yang rela merogoh kocek terdalam untuk mendapatkan satu item dari rumah mode tersebut.
Harga yang selangit tentu menjadi penghalang bagi kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan barang-barang bermerek tersebut. Tak jarang demi memakai atribut ternama, kalangan menengah ke bawah memilih untuk membeli barang-barang yang mencantumkan merek ternama meski palsu atau KW. Kemiripan dengan produk asli atau sekedar tercantum label merek terkenal, dinilai sudah cukup.
Namun, tak jarang yang memanfaatkan barang-barang KW tersebut untuk menipu konsumen yang memang mampu membeli barang asli. Ketidaktahuan konsumen menjadi senjata para pedagang nakal untuk menjual barang palsu dengan seharga barang asli.
Hal ini menjadi perhatian seorang personal shopper, Bintang Alzeyra (36). Bintang sudah menekuni dunia personal shopper sejak 5 tahun lalu. Berbekal hasratnya di dunia mode dan tempat tinggalnya di Eropa, Bintang mulai menjajaki dunia mode dari merek-merek dunia.
Bintang mengaku tidak asal dalam memberi saran kepada kliennya. Sebelum memberi saran kepada para klien, Bintang terlebih dahulu memastikan bahwa dirinya sudah memahami seluk beluk barang-barang bermerek tersebut.
"Sebagai personal shopper harus ngerti barang. Bagus atau tidaknya. Kualitas barang. Cara perawatan, jenis dan lain sebagainya. Soalnya biasanya klien langsung konsultasi, misal client A tanya, sepatu ini cocok enggak pakai tas ini kalau dalam acara ini. Personal shopper juga harus ngerti tentang keauthentican barang. Seperti Hermes, Louis Vuitton, Chanel, Balenciaga, Bottega Veneta, Fendi, Moschino, Saint Laurent, Valentino, Prada dan lain sebagainya," papar Bintang kepada merdeka.com, Rabu (1/4).
Bintang mengaku anti menggunakan barang-barang palsu lantaran dirinya sangat menghargai rancangan para perancang ternama di bawah merek-merek dunia tersebut. Hal itu, menurut Bintang merupakan hasil pemikiran dan masterpiece para perancang tersebut.
Oleh sebab itu, Bintang rela membagikan pengetahuannya seputar barang-barang bermerek agar konsumen tidak tertipu barang-barang palsu. Sebagai langkah paling mudah, Bintang menyarankan untuk mendatangi outlet atau butik dari rumah mode tersebut secara langsung.
"Langsung ke butik nya. Untuk beberapa brand hanya punya butik (tidak punya Factory Outlet) seperti Hermes, Chanel, Louis Vuitton. Sedangkan brand lain ada Factory Outlet nya seperti Prada, Dior, Balenciaga, Bottega. Tentu saja Prada, Dior, Balenciaga juga ada butiknya, akan tetapi klien bisa memilih, mau barang butik atau barang outlet. Barang di butik new season semua. Sedangkan FO barang last season semua rata-rata," papar Bintang.
Namun, untuk mendatanginya di Eropa, tentu bukan hal mudah. Bintang mengatakan, calon konsumen juga bisa memastikan keaslian dari masing-masing rumah mode dengan memperhatikan cara masing-masing rumah mode menjaga keaslian barangnya. Ada yang menjaga keasliannya dengan menyertakan sertifikat, ada pula yang melakukannya dengan cara lain.
"Hanya Prada yang punya sertifikat. Kalau Hermes masing masing tas stamp, stamp huruf yang menunjukkan tahun. Kalau Louis Vuitton punya data code yang menempel atau tercetak di dalam tas. Biasanya tertera negara pembuatan, bulan serta tahun pembuatan. Gucci juga punya data code sendiri, Chanel punya authentic card (ada nomor seri) yang sama persis dengan nomer seri yang biasanya terdapat di dalam tas," papar Bintang.
Untuk para konsumen yang tidak membeli barang secara langsung atau melalui reseller, Bintang mengatakan konsumen tetap bisa melacak barang tersebut asli atau palsu. "Barang yang asli dan kw bisa kok langsung dibedain dari bentuk, serta baunya biasanya kalau yang original, secara detail akan sempurna, mulai dari bentuk, motif, jahitan dan sebagainya," ungkap Bintang.
Dari sisi harga, Bintang menekankan bahwa kualitas barang asli dengan harga selangit tentu akan berbeda dengan barang palsu. Oleh sebab itu, Bintang meminta konsumen untuk berhati-hati dengan tawaran harga miring.
Bintang juga mengingatkan para konsumen untuk selalu merawat barang-barang tersebut mengingat harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Sebagai personal shopper, Bintang mengaku tidak pernah lepas tangan dari para kliennya. Dirinya akan secara langsung menuntun para klien untuk menjaga barang-barang yang harganya selangit tersebut.
"Aku biasanya sih jelasin ke customer cara merawat barang-barang yang mereka beli, dari sepatu, tas dan lain-lain, soalnya temperatur Indonesia dan Eropa beda banget. Suhu lembap di Indo bikin kulit menjamur kalau enggak dirawat, terus terik matahari juga bisa merubah warna tas," jelas Bintang.
Kualitas premium yang diakui pecinta mode dunia ini sudah tidak bisa dibantah lagi. Tidak sedikit yang rela merogoh kocek terdalam untuk mendapatkan satu item dari rumah mode tersebut.
Harga yang selangit tentu menjadi penghalang bagi kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan barang-barang bermerek tersebut. Tak jarang demi memakai atribut ternama, kalangan menengah ke bawah memilih untuk membeli barang-barang yang mencantumkan merek ternama meski palsu atau KW. Kemiripan dengan produk asli atau sekedar tercantum label merek terkenal, dinilai sudah cukup.
Namun, tak jarang yang memanfaatkan barang-barang KW tersebut untuk menipu konsumen yang memang mampu membeli barang asli. Ketidaktahuan konsumen menjadi senjata para pedagang nakal untuk menjual barang palsu dengan seharga barang asli.
Hal ini menjadi perhatian seorang personal shopper, Bintang Alzeyra (36). Bintang sudah menekuni dunia personal shopper sejak 5 tahun lalu. Berbekal hasratnya di dunia mode dan tempat tinggalnya di Eropa, Bintang mulai menjajaki dunia mode dari merek-merek dunia.
Bintang mengaku tidak asal dalam memberi saran kepada kliennya. Sebelum memberi saran kepada para klien, Bintang terlebih dahulu memastikan bahwa dirinya sudah memahami seluk beluk barang-barang bermerek tersebut.
"Sebagai personal shopper harus ngerti barang. Bagus atau tidaknya. Kualitas barang. Cara perawatan, jenis dan lain sebagainya. Soalnya biasanya klien langsung konsultasi, misal client A tanya, sepatu ini cocok enggak pakai tas ini kalau dalam acara ini. Personal shopper juga harus ngerti tentang keauthentican barang. Seperti Hermes, Louis Vuitton, Chanel, Balenciaga, Bottega Veneta, Fendi, Moschino, Saint Laurent, Valentino, Prada dan lain sebagainya," papar Bintang kepada merdeka.com, Rabu (1/4).
Bintang mengaku anti menggunakan barang-barang palsu lantaran dirinya sangat menghargai rancangan para perancang ternama di bawah merek-merek dunia tersebut. Hal itu, menurut Bintang merupakan hasil pemikiran dan masterpiece para perancang tersebut.
Oleh sebab itu, Bintang rela membagikan pengetahuannya seputar barang-barang bermerek agar konsumen tidak tertipu barang-barang palsu. Sebagai langkah paling mudah, Bintang menyarankan untuk mendatangi outlet atau butik dari rumah mode tersebut secara langsung.
"Langsung ke butik nya. Untuk beberapa brand hanya punya butik (tidak punya Factory Outlet) seperti Hermes, Chanel, Louis Vuitton. Sedangkan brand lain ada Factory Outlet nya seperti Prada, Dior, Balenciaga, Bottega. Tentu saja Prada, Dior, Balenciaga juga ada butiknya, akan tetapi klien bisa memilih, mau barang butik atau barang outlet. Barang di butik new season semua. Sedangkan FO barang last season semua rata-rata," papar Bintang.
Namun, untuk mendatanginya di Eropa, tentu bukan hal mudah. Bintang mengatakan, calon konsumen juga bisa memastikan keaslian dari masing-masing rumah mode dengan memperhatikan cara masing-masing rumah mode menjaga keaslian barangnya. Ada yang menjaga keasliannya dengan menyertakan sertifikat, ada pula yang melakukannya dengan cara lain.
"Hanya Prada yang punya sertifikat. Kalau Hermes masing masing tas stamp, stamp huruf yang menunjukkan tahun. Kalau Louis Vuitton punya data code yang menempel atau tercetak di dalam tas. Biasanya tertera negara pembuatan, bulan serta tahun pembuatan. Gucci juga punya data code sendiri, Chanel punya authentic card (ada nomor seri) yang sama persis dengan nomer seri yang biasanya terdapat di dalam tas," papar Bintang.
Untuk para konsumen yang tidak membeli barang secara langsung atau melalui reseller, Bintang mengatakan konsumen tetap bisa melacak barang tersebut asli atau palsu. "Barang yang asli dan kw bisa kok langsung dibedain dari bentuk, serta baunya biasanya kalau yang original, secara detail akan sempurna, mulai dari bentuk, motif, jahitan dan sebagainya," ungkap Bintang.
Dari sisi harga, Bintang menekankan bahwa kualitas barang asli dengan harga selangit tentu akan berbeda dengan barang palsu. Oleh sebab itu, Bintang meminta konsumen untuk berhati-hati dengan tawaran harga miring.
Bintang juga mengingatkan para konsumen untuk selalu merawat barang-barang tersebut mengingat harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Sebagai personal shopper, Bintang mengaku tidak pernah lepas tangan dari para kliennya. Dirinya akan secara langsung menuntun para klien untuk menjaga barang-barang yang harganya selangit tersebut.
"Aku biasanya sih jelasin ke customer cara merawat barang-barang yang mereka beli, dari sepatu, tas dan lain-lain, soalnya temperatur Indonesia dan Eropa beda banget. Suhu lembap di Indo bikin kulit menjamur kalau enggak dirawat, terus terik matahari juga bisa merubah warna tas," jelas Bintang.
[siw]
sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-cara-membedakan-gucci-louis-vuitton-asli-dengan-kw.html
MY STARTUP :
A story with millions of choices in it.
Try to imagine this. When you're reading a story on the web or blog, you are given two choices. You can choose the next story based on your own choice. After selecting then you can continue reading the story. Shortly afterwards you will be presented back to the 2 other options. The next choice is up to you. Then you continue the story you are reading. After that you will be faced again with 2 choices. So onwards.
If you feel curious then you can re-read the story by changing your selection. Then you will see a different story with the story that you have read previously. The question now is why is this so? Because the storyline will be varying according to your choice.
If you feel curious then you can re-read the story by changing your selection. Then you will see a different story with the story that you have read previously. The question now is why is this so? Because the storyline will be varying according to your choice.
The full articles that talks about this:
1. A Story That Surprised The World. http://richardnata.blogspot.com/2015/03/a-story-that-surprised-world.html
4. A story with tens of thousands of articles. http://richardnata.blogspot.com/2015/03/a-story-with-tens-of-thousands-of.html
14. Looking for investors for startup that produces millions to tens of millions of dollars annually. http://richardnata.blogspot.com/2015/02/looking-for-investors-for-startup-that.html
15. Open offer letter to investors. http://richardnata.blogspot.com/2015/04/open-offer-letter-to-investors.html
Are you interested in my offer?
Do you want to be an investor in my startup?
If yes, don't hesitate to contact me as soon as possible.
If yes, don't hesitate to contact me as soon as possible.
P.S. The offer letter I gave also to the hedge funds and venture capital and other major companies in the entire world. So who is fast then he will get it.
P.P.S. If you are not interested in my offer, it is a good idea to periodically review my blog to see the development of my blog. http://richardnata.blogspot.com
If I've made a story on my blog and get a multiplication of clicks then you should know that the readers liked my story.
No comments:
Post a Comment