Pesan Profetik dari kain peluh Yesus yang tergulung saat Ia bangkit!
Shalom sahabat CAZ,
Injil Yohanes 20:1-7 berbunyi demikian:
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
Terdapat perbedaan dalam beberapa versi terjemahan Alkitab mengenai ayat ini 7 di atas. Tiga dari versi Alkitab menerjemahkan ayat ini dengan kata “napkin”[=serbet] (King James Version, American Standard Version, Revised Standard Version). Terjemahan lainnya menerjemahkannya dengan “burial cloth” atau kain penguburan/kafan (New International Version), “handkerchief” saatau putangan (New King James Version), serta “face-cloth” atau kain pengelap muka (New American Standard Bible).
Kata Yunaninya ialah saudarion, yang berarti “keringat.” Hal ini dapat merujuk pada kain/handuk untuk menyeka keringat dari wajah seseorang. Hal ini digunakan dalam bahasa Yunani untuk menunjukkan handuk atau kain, tetapi tidak secara khusus menunjuk pada serbet meja.
Kain kafan sendiri adalah kain sepanjang empat meter yang diletakkan di bawah jenasah mulai dari kaki sampai ke kepala, lalu dilipat ke atas jenasah dari kepala sampai ke kaki lagi. Kain yang mengikat kedua ujung kain kafan disebut juga kain kafan. Sedangkan kain peluh ialah kainyang diikat di bawah dagu dan di atas kepala.
Apakah ini benar-benar penting? Iya!
Untuk memahami arti dari kain yang dilipat ini, kita harus memahami sedikit tentang tradisi Ibrani saat itu. Serbet yang dilipat ada hubungannya dengan majikan dan hamba. Dan setiap anak Yahudi mengenal tradisi ini.
Ketika hamba mengatur meja makan untuk majikan, ia harus memastikan bahwa yang dilakukannya adalah persis seperti yang majikan inginkan.
Saat meja telah diatur sedemikian rupa, sang hamba akan menunggu dan mengawasi dengan diam-diam, sampai majikan selesai makan. Hamba tersebut tidak akan berani menyentuh meja itu, sampai majikan selesai.
Saat majikan sudah selesai makan, ia akan bangkit dari meja, mengelap jari-jarinya, mulutnya, dan membersihkan janggutnya, dan akan menggulung serbet itu dan melemparkannya ke atas meja. Dalam kondisi demikian, si hamba akan mengerti bahwa ini adalah tanda bahwa majikannya telah selesai makan, dan ini saatnya untuk membersihkan meja.
Tetapi jika majikan bangkit dari meja, dan melipat serbet, dan meletakkannya di samping piringnya, hamba tidak akan berani menyentuh meja, karena serbet yang dilipat artinya ‘Saya akan datang kembali!’
No comments:
Post a Comment