Mukjizat Mulai Terjadi di Gunung Sinabung
21 Februari 2018 15:55 Diperbarui: 21 Februari 2018 16:08
Beginilah dahsyatnya letusan Sinabung 19 Februari 2018. Sumber foto Viva.co.id
Gunung Sinabung belum berhenti erupsi. Penderitaan panjang yang diakibatkannya kepada penduduk di sekitar Sinabung sangat berat dan berkepanjangan. Puluhan Ribu warga sudah kehilangan desa dan rumah tangganya, kehilangan tanah/ladang pertanian beserta seluruh ternak peliharaannya. Sebagan sudah mendapatkan hunian tetap di daerah relokasi Siosar. Sebagian lagi saat ini tinggal di Huntara atau Hunian Sementara.
Sudah sejak tahun 2013 saat pertama terjadi letusan Gunung Sinabung sampai saat ini tahun 2018. Letusan atau erupsi yang paling baru terjadi lagi pada Hari Senen tanggal 19 Februari kemarin. Inilah Erupsi yang paling dahsyat. Karena letusan ini menimbulkan kolom debu yang paling besar dan tinggi. Menurut catatan BMKG ketinggian kolom debu sampai 5000 Meter dan sempat mengaibatkan kedaan gelap seperti malam pada sekitar jam 10 pagi di desa sekitar Gunung Sinabung.
Jutaan meter kubik debu vulkanik dan batu batu kecil terlontar keudara, dengan suara gemuruh yang sangat menakutkan, membuat anak anak sekolah SD ketakutan dan menangis memanggil manggil ayah dan ibunya.
Beberapa jam debu itu ada diudara, lalu jatuh kebumi menghempas dan menutupi semua yang ada dibawahnya di sekitar Gunung Sinabung, khususnya di daerah yang menjadi lintasan angin berhembus saat itu.
Relawan Karo Passion membagikan Masker kepada penduduk di Munthe. Sumber foto koleksi pribadi
Udara pekat dan kotor membuat sesak pernafasan. Sehingga pada dua hari Senen dan Selasa kemarin, seolah kiamat terjadi.
Perhatikanlah Gambar dibawah, bagaimana tanaman tomat yang sangat subur tertupi debu vulkanik dengan ketebalan sekian Centimeter. Tertutuplah harapan, hancurlah angan angan penduduk Sinabung yang tadinya tinggal di daerah bukan zona bahaya. Tanaman yang sudah ditanam pun nampaknya akan layu dan mati, meninggalkan luka di hati dan utang terhadap modal yang sudah dipakai habis. Sebagian besar modal kerja itu diperoleh dengan meminjam ke kekerabat atau pun ke Bank yang tersedia di Desa Kecamatan atau memakai sisa tabungan yang ada.
Tanaman tomat ditutupi Abu Vulkanik di Desa Perbaji, foto Selasa pagi. Sumber foto Koleksi Pribadi
Harapan Mati. Berhenti pada har Senin dan Selasa pagi dan Siang kemarin, tanggal 20 Februari.
Namun pada Sore harinya sesuatu terjadi. Hujan lebat mengguyur semua tanah dan atap rumah, jalanan dan ladang pertanian yang terhimbas debu Vulkanik yag mungkin puluhan tahun kemudian akan menjadi pupuk yang sangat menyuburkan, dibilas dan dicuci.
Dimulai dari Kecamatan Tiga Binanga hujan lebat datang, terus mengarah kearah Batu Karang, Perbaji, Tiga Nderket. Debu debu yang ada dihalaman desa dan atap rumah pun dikikis habis. Yang paling menakjubkan adalah debu yang tadinya seolah datang mengutuk semua tanaman pertanian pun dikikis habis menyisakan kehijauan nan segar dan memberi hidup. Perhatikanlah gambar dibawah, hijau tanaman tomat milik keluarga Ginting Mergana di desa perbaji seolah tersenyum segar menawarkan harapan.
Tanaman tomat di Desa Perbaji terlihat subur kembali setelah diguyur hujan Selasa Sore. Sumber foto koleksi pribadi.
Fenomena apa yang sebenarnya terjadi. Pada saat Pemda Kabupaten Karo seolah sudah pusing 17 keliling memikirkan solusi lanjutan terhadap keadaan Sinabung, pada saat Pemerintah Pusat melalui BNPB sudah hampir apatis terhadap permasalahan Sinabung, pada saat sebagian besar penduduk Karo sudah mulai muak dan kehilangan harapan, disitulah Tuhan sang pencipta alam semesta menunjukkan kuasa-NYA.
Sayup sayup jeritan ibu ibu dan anak anak dalam pingko pingko(tangisan yang bernada meminta atau memohon) kapankah berhenti erupsi Sinabung ini Tuhan, kapan berhenti penderitaan kami? Saat itulah seolah dengan jelas Tuhan menjawab, "sekarang anakku". Dan Tuhan pun seolah menjawab dengan tangisan belas kasihan-NYA dalam hujan yang Dia turunkan. Sebab, di zaman dulu hujan sering dipahami sebagai air mata dewa dewa. Sayapun yakin Mukjizat sudah mulai terjadi di Gunung Sinabung.
Analgin Ginting
No comments:
Post a Comment