New York Times (NYT) baru saja mencatatkan pendapatan perusahaan sebesar USD 709 juta atau Rp 9.938.017.550.000 sepanjang tahun 2018. Sebagian besar pendapatannya, dari konten langganan berbayar, bukan lagi dari iklan.
Apa saja konten yang membuat orang rela bayar? Tentu saja konten berkualitas. Konten yang secara jurnalistik memuaskan dahaga para pembaca. Konten yang bisa jadi punya nilai tambah buat pembaca. Sehingga ketika diminta merogoh uang, konten itu cukup berharga sebagai sebuah investasi.
Apakah dengan fokus pada pelanggan berbayar membuat NYT jadi tidak peduli dengan iklan? Ternyata tidak juga. Dengan fokus pada pelanggan, mereka membuat kontennya jadi lebih punya nilai penting bagi pembaca. Mereka berhasil membangun engagement dengan para pembacanya, dan membuat kelompok pembaca loyal dalam jumlah signifikan. Rupanya, pembaca loyal ini lebih disukai pengiklan.
Bisakah Media Online di Indonesia Meniru NYT?
Blendle, nama media tersebut, melakukan eksperimen cukup berani. Mereka membuat platform kurasi konten yang berbayar dengan metodologi yang menarik. Jadi, mereka mengajukan lisensi ke sejumlah media ternama dunia, lalu kontennya dipilih yang menarik, dan ‘dijual’ di laman Blendle.
Bagaimana dengan Anda?
USER STORY
No comments:
Post a Comment