A story with tens of thousands of articles.

A story with tens of thousands of articles.
life and death, blessing and cursing, from the main character in the hands of readers.

Sunday, December 23, 2018

Jokowi Gagal Digoyang Amerika, Freeport Dicaplok Indonesia

Jokowi Gagal Digoyang Amerika, Freeport Dicaplok Indonesia

 Asaaro Lahagu . 11 hours ago . 5 min read .  3.6k
Jokowi Gagal Digoyang Amerika, Freeport Dicaplok Indonesia


Apakah Amerika diam saat Freeport diambil oleh Jokowi? Sama sekali tidak.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rheinald Kasali mengatakan bahwa begitu Jokowi mulai mengeksekusi rencana pengambilan sebagian besar saham Freeport, Amerika marah besar dan mulai menggoyang Jokowi.
"Amerika marah besar bahkan bahkan sempat kirim pasukan yang merapat di Australia. Namanya juga negara adikuasa. Pakai psy war adalah hal biasa dalam mengawal kepentingannya", kata Rheinald sebagaimana dikutip Kompas.com (Sabtu, 22 Desember 2018).
Pernyataan Rheinald itu sangat masuk akal. Negara manapun di dunia selalu melindungi kepentingan ekonominya jika diganggu oleh negara lain. Begitu juga dengan Amerika. Apalagi Amerika adalah sebuah negara adikuasa, sudah pasti marah ketika Jokowi mulai ngotot mengambil-alih saham Freeport.
Lalu apa wujud kemarahan Amerika terhadap Indonesia khususnya kepada Jokowi terkait Freeport itu?
Dari kepingan-kepingan yang ada, saya mencoba menyambung apa yang pernah dilakukan Amerika untuk menggoyang Jokowi yang berani mengganggu Freeport itu.
Pertama, lewat Setya Novanto. Saat menjadi kandidat capres Amerika, Donald Trump sudah tahu tentang persoalan renegoisasi Freeport. Donald Trump pun diketahui pernah bertemu dengan Novanto pada tanggal 3 September 2015 di Manhattan, New York. Saat itu Trump dalam sebuah konferensi pers memuji habis Novanto. Trump menyebut Novanto sebagai Ketua DPR paling berpengaruh di Indonesia.
Saya yakin bahwa salah satu poin pembicaraan keduanya adalah soal Freeport. Trump sangat mungkin meminta bantuan Novanto agar mengamankan kepentingan Amerika di Indonesia terkait renegoisasi Freeport.
Keyakinan itu berdasarkan ucapan Novanto dalam rekaman papa minta saham yang berbunyi Jokowi akan jatuh jika ia berani menolak perpanjangan izin karya Freeport.
Sangat mungkin Amerika memakai tangan Novanto untuk memaksa Jokowi menyetujui perpanjangan kontrak karya Freeport itu. Apalagi Amerika sudah kecewa besar kepada Wapres Jusuf Kalla dan Sofyan Wanandi yang gagal membujuk Jokowi soal Freeport itu.
Apes bagi Amerika. Saat Setya Novanto bersama Reza Chalid ketemu dengan bos Freeport di Indonesia Maroef Sjamsuddin, pembicaraan mereka direkam. Belakangan rekaman ini menggegerkan Indonesia yang berujung tertendangnya Novanto dari kursi DPR dan Sudirman Said dari kursi Menteri ESDM. Sementara Reza Chalid Kabur.
Amerika tidak bisa lagi menekan Jokowi lewat tangan pejabat elit paling berpengaruh. Lewat wapres Jusuf Kalla gagal. Demikian juga lewat Ketua DPR gagal. Sementara seluruh rakyat Indonesia setelah rekaman itu terkuak, ada di belakang Jokowi. Amerika kemudian gigit jari sambil menunggu kesempatan kain menggoyang Jokowi.
Kedua, lewat kasus Ahok. Akhir tahun 2016, Donald Trump resmi memenangi Pilpres Amerika. Di waktu bersamaan kasus Ahok membesar. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Amerika untuk lebih keras menggoyang Jokowi.
Menurut laporan investigasi Allan Nairn, rekan-rekan Donald Trump di Indonesia bergabung bersama para tentara dan preman jalanan dalam sebuah kampanye melengserkan Ahok yang tujuan akhirnya menjatuhkan Presiden Joko Widodo.
Dari investigasi Allan Nairn itu diketahui bahwa beberapa tokoh senior dan perwira militer serta intelijen terlibat dalam aksi yang mereka sebut sebagai 'makar' gerakan melawan Presiden Jokowi. Gerakan ini diorkestrasi dari belakang layar oleh beberapa jenderal aktif dan pensiunan.
Dari kalangan DPR, pendukung utama gerakan ini adalah Fadli Zon, sebagai salah satu penyokong politik Donald Trump. Dari kalangan pengusaha terdapat nama Harry Tanoe, rekan bisnis Trump yang membangun dua resort Trump, satu di Bali dan satu di Lido, Jawa Barat. Para pendukung makar menganggap Ahok cuma pintu masuk, gula-gula rasa agama buat menarik massa.
Namun gerakan makar ini kemudian berhasil dilokalisir oleh Kapolri Tito Karnavian. Lewat strategi ciamik, Tito melakukan aksi penangkapan terhadap beberapa orang pagi hari sebelum aksi demo besar 2 Desember 2016 yang kemudian dikenal 212.
Padahal jika terjadi chaos dan Jokowi berhasil dikudeta, pasukan Amerika di Australia sudah siap masuk dengan alasan mengamankan perusahaannya di Indonesia, sebagaimana yang disinyalir oleh Rheinald Kasali itu.
Hasil akhir gerakan demo itu seperti yang diketahui publik adalah Ahok masuk penjara dan penerapan skenario Ahok harus kalah pada putaran kedua Pulgub DKI Jakarta. Skenario Ahok harus kalah itu bertujuan untuk menyelamatkan Pemerintahan Joko Widodo dari penunggangan kasus Ahok. Dengan demikian penunggangan Amerika lewat kasus Ahok untuk menggoyang Presiden Jokowipun gagal.
Ketiga, lewat Pilpres 2019. Freeport mencoba mengulur-ulur waktu hingga Pilpres 2019. Harapannya adalah Jokowi kembali dicoba dilengserkan berdasarkan konstitusi dengan mendukung Prabowo. Prabowo mengakui bahwa ia didukung oleh Amerika untuk menjadi Presiden. Tak heran dalam setiap kampanyenya Prabowo selalu meniru Trump karena memang ia disokong oleh Trump.
Namun Jokowi menjawab strategi mengulur-ulur waktu Freeport itu dengan sebuah ultimatum paling keras pada bulan Mei 2018 lalu. Jokowi mengatakan pengambilan saham 51 persen Freeport harus dilakukan paling lambat akhir Agustus 2018. Jika tidak, Jokowi akan bertindak.
Untuk menguatkan posisi Indonesia, Jokowi sebelumnya telah mengangkat sosok gila Ignasius Jonan dan wakilnya Archabdra Tahar yang tak kalah gila untuk bernegosiasi dengan pihak Freeport secara maraton. Hasilnya lewat perundingan yang super alot dan super ngotot, maka pada tanggal 21 Desember 2018 Indonesia membayar lunas harga saham Freeport 51 persen sebesar Rp 56 triliun.
Apakah goyangan Amerika berhenti? Pasti tidak. Freeport menyerah kepada kengototan Jokowi untuk sementara. Akasannya karena usaha untuk mendongkel Jokowi gagal dan belum punya pilihan lain.
Tentu saja Amerika dipastikan akan kembali bermain di Pilpres 2019 dengan mendukung Prabowo. Yang paling berbahaya jika Jokowi lengser benar, maka Freeport jatuh kepada para pengkhianat bangsa.
Lalu apa yang bisa membuat Jokowi survive dari campur tangan Amerika dan negara asing lainnya? Hanya satu. Jokowi harus solid dengan TNI-polri bersama mayoritas rakyat di belakangnya. Jokowi yang jujur, tidak korupsi, berkepala batu dan fight dengan negara manapun demi kedaulatan negaranya akan memaksa China menghormati Jokowi di Natuna dan Amerika di Freeport.
Jadi ketika Jokowi gagal digoyang karena ia ngotot bersama rakyat, maka Amerika gagal menjatuhkan Jokowi dan Freeportpun dicaplok Indonesia. Relakah anda Jokowi dilengserkan dan bumi Indonesia terus-menerus dikuasai negara lain bersengkokol dengan para pengkhianat bangsa? Kalau begitu #JokowiLagi.
Silahkan share tulisan ini bukan karena view yang banyak tetapi agar semua paham dan bergerak merapatkan barisan di belakang Presiden Jokowi agar menang pada periode kedua.
Salam Seword,
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu

Asaaro Lahagu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Sumber: https://seword.com/politik/jokowi-gagal-digoyang-amerika-freeport-dicaplok-indonesia-aCa7EbiD_

No comments:

Post a Comment

Related Posts

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...