Ketika kebanyakan orang sedang berfokus pada liburan dan perayaan Natal, kita dikejutkan oleh bencana besar yang baru saja terjadi di Indonesia: kebangkitan Anak Krakatau, dan ada alasan mengapa gunung ini dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling berbahaya di seluruh planet bumi. Ketika Krakatau erupsi pada tanggal 27 Agustus 1883, ledakannya sangat keras hingga terdengar sampai 3000 mil jauhnya, dan diperkirakan menimbulkan gelombang tsunami setinggi lebih dari 40 meter di beberapa tempat. Jika erupsi seperti itu terjadi kembali hari ini, itu akan menjadi bencana global yang lebih buruk daripada tsunami Indonesia tahun 2004 yang menewaskan lebih dari 250.000 orang secara global.
Sama seperti tahun 2004, semua terjadi tanpa ada peringatan. Mereka yang berada dekat dengan pantai benar-benar terkejut, dan banyak dari mereka yang sekarang ini telah mati.
Ini termasuk sebagian besar anggota band Seventeen yang sangat disayangkan dilanda tsunami saat mereka sedang tampil di atas panggung …
Beberapa korban selamat, sempat hanyut disapu gelombang tsunami hingga 2 kilometer ke tengah laut, dan terkatung-katung selama 7 jam hingga akhirnya diselamatkan.
Setelah erupsi 1883, Krakatau runtuh ke dasar lautan, dan diharapkan tidak akan pernah bangkit lagi. Tetapi kemudian pada tahun 1927 “Anak Krakatau” mulai muncul kembali …
Pulau ini muncul dari laut pada tahun 1927, beberapa dekade setelah bencana dahsyat pada tahun 1883 ketika sebuah pulau yang lebih besar dengan tiga puncak gunung berapi erupsi, menyebabkan gelombang pasang raksasa yang menewaskan 36.000 orang.
Rangkaian ledakannya merupakan salah satu dari yang terburuk yang tercatat dalam sejarah, antara 26 dan 27 Agustus 1883. Itu begitu keras, hingga penduduk Australia di Alice Springs yang berjarak 3.600 kilometer jauhnya mendengar suara ledakannya.
Pada tahun 1883, serangkaian erupsi diakhiri dengan ledakan final pada 27 Agustus. Menurut Wikipedia, ledakan terbesar ini empat kali lebih kuat daripada bom nuklir terbesar yang pernah diledakkan …
Pada 27 Agustus, empat ledakan besar terjadi. Pada pukul 5:30 pagi, ledakan pertama terjadi di Perboewatan, memicu tsunami yang mengarah langsung ke Telok Betong, yang sekarang dikenal sebagai Bandar Lampung. Pada pukul 6:44 pagi, Krakatau meledak lagi di Danan, berakibat tsunami yang mengarah ke timur dan barat. Ledakan terbesar, pada pukul 10:02 pagi, begitu dahsyat hingga terdengar 3.110 km (1930 mil) jauhnya di Perth, Australia Barat, dan pulau Rodrigues di Samudra Hindia dekat Mauritius, berjarak 4.800 km (3000 mil), di mana mereka dianggap sebagai tembakan meriam dari kapal di dekatnya. Ledakan ketiga dilaporkan sebagai suara paling keras yang pernah didengar di dalam sejarah. Kerasnya suara ledakan yang terdengar 160 km (100 mil) dari gunung berapi tercatat sebesar 180 dB. Setiap ledakan disertai dengan tsunami yang diperkirakan setinggi lebih dari 30 meter (98 kaki). Sebagian besar Selat Sunda dan sejumlah tempat di pantai Sumatera tersapu oleh aliran awan piroklastik dari gunung berapi. Energi yang dilepaskan dari ledakan diperkirakan setara dengan sekitar 200 megaton TNT, kira-kira empat kali lebih kuat dari Tsar Bomba, senjata termonuklir paling kuat yang pernah diledakkan.
Pada tahun 1883, Indonesia memiliki populasi yang jauh lebih sedikit.
Saat ini, lebih dari 260 juta orang tinggal di Indonesia, dan erupsi yang mirip dengan apa yang pernah terjadi pada tahun 1883 berpotensi akan menghancurkan seluruh bangsa.
Beberapa fakta tentang peristiwa bersejarah erupsi Kakatau 1883 yang didata Oregon State University
  • Ledakan terdengar di Pulau Rodriguez, 4.653 km di seberang Samudera Hindia, dan lebih dari 1/13 permukaan bumi.
  • Abu vulkanik jatuh di Singapura 840 km ke utara, Kepulauan Cocos (Keeling) 1.155 km ke barat daya, dan kapal-kapal sejauh 6.076 km barat-barat laut. Kegelapan menutupi Selat Sunda dari pukul 11 pagi pada tanggal 27 hingga subuh keesokan harinya.
  • Gelombang raksasa mencapai ketinggian 40 m di atas permukaan laut, menghancurkan segala sesuatu yang ada di jalurnya dan menghempaskan blok-blok karang seberat 600 ton ke pantai.
  • Setidaknya 36.417 orang mati, sebagian besar oleh gelombang laut raksasa, dan 165 desa pesisir hancur.
  • Ketika erupsi berakhir hanya 1/3 dari Krakatau, sebelumnya 5 × 9 km, yang tetap ada di atas permukaan laut, dan pulau-pulau baru dari batu apung dan abu mengepul muncul di sebelah utara di mana lautnya berkedalaman 36 m.
  • Setiap rekaman barograf di dunia mendokumentasikan melintasnya gelombang tekanan atmosfer, beberapa di antaranya hingga 7 kali lipat sementara gelombang memantul ke sana kemari antara lokasi erupsi dan antipodenya selama 5 hari setelah ledakan.
  • Pengukur pasang surut juga mencatat jalur gelombang laut jauh dari Krakatau. Gelombang “mencapai Aden dalam 12 jam, berjarak 3.800 mil laut, yang biasanya ditempuh oleh kapal uap dalam 12 hari”.
  • Matahari biru dan hijau teramati sementara abu halus dan aerosol, meletus sekitar 50 km ke stratosfer, mengelilingi khatulistiwa dalam 13 hari.
  • Tiga bulan setelah erupsi, material-material ini telah menyebar ke garis lintang yang lebih tinggi yang menyebabkan matahari terbenam berwarna merah yang sangat cerah sehingga mobil pemadam kebakaran dipanggil di New York, Poughkeepsie, dan New Haven untuk memadamkan apa yang kelihatan seperti kebakaran besar. Terbenamnya matahari yang tidak lazim berlanjut selama 3 tahun.
  • Bongkahan-bongkahan batu apung – cukup tebal untuk dinaiki manusia, pohon, dan hewan-hewan biologis lainnya – melintasi Samudera Hindia dalam 10 bulan. Yang lain-lainnya mencapai Melanesia, dan masih mengapung dua tahun setelah erupsi.
  • Selubung debu vulkanik yang menciptakan efek atmosfer yang spektakuler juga bertindak sebagai filter radiasi matahari, menurunkan suhu global sebesar 1,2 derajat C pada tahun setelah erupsi. Suhu tidak kembali normal hingga 1888.
Anak Krakatau tentu bukan satu-satunya gunung berapi yang mampu menghasilkan letusan semacam ini.
Perubahan kecil pada suhu global benar-benar berpotensi menghancurkan produksi pangan, dan ratusan juta orang akan menderita akibat kelaparan global yang ditimbulkan.
Hanya beberapa hari sebelum erupsi Anak Krakatau, terjadi dua kali erupsi Gunung Soputan yang menembakkan abu vulkanik panas “24.000 kaki ke udara”. Radius lima kilometer dinyatakan terlarang di sekitar gunung. Warga didesak memakai masker bila hujan abu, sementara pihak berwenang menetapkan status siaga gunung berapi di tingkat tertinggi kedua.
Satu jam setelah Gunung Soputan mereda, gempa berkekuatan 6,2 M mengguncang dengan pusat gempa sekitar 100 mil barat daya Jayapura, Indonesia.
Saat ini dari sekitar 120 gunung berapi di Indonesia, dilaporkan ada total 20 gunung yang “berada di bawah pengawasan” …
Gunung-gunung berapi di Indonesia telah menunjukkan peningkatan aktivitas baru-baru ini, menurut laporan Survei Vulkanologi Indonesia (PVMBG). Wilayah Asia terletak di Cincin Api Pasifik yang terkenal, dengan gunung-gunung berapi yang erupsi dan gempa-gempa bumi yang sering terjadi. Sekitar 70 persen gunung berapi di dunia berada di kawasan ini. Menurut pejabat Indonesia, 20 gunung berapi berada di bawah semacam pengawasan.
Indonesia berada di sepanjang jalur Cincin Api yang membentang hingga di seluruh pantai barat Amerika Serikat.
Ada banyak aktivitas tidak lazim di sepanjang Cincin Api belakangan ini.
Pantai timur Rusia (juga di sepanjang Cincin Api) baru saja dilanda gempa berkekuatan 7,4. Peristiwa seismik besar ini terjadi begitu cepat sekarang sehingga benar-benar sulit untuk mengikutinya semua.
Seperti yang dikatakan banyak orang, lempeng-lempeng planet kita telah retak, dan kita hidup di atas pecahan-pecahan yang mengapung. Dan sekarang lempeng-lempeng itu menjadi sangat tidak stabil, dan itu memiliki implikasi yang sangat serius bagi kita semua.
Ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan geologi bahwa kita sedang memasuki periode global meningkatnya aktivitas gempa bumi.
ring-of-fire
Cincin Api, wilayah berbentuk tapal kuda sepanjang 40.000 km yang melingkupi samudera Pasifik, adalah wilayah yang paling aktif secara seismik di planet ini. Mencakup sebagian besar California, Negara Bagian Washington, dan Alaska. Cincin Api mencakup total 452 gunung berapi, lebih dari 75 persen gunung berapi aktif yang ada di dunia saat ini. Sekitar 90 persen dari gempa bumi dunia dan 81 persen dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api. Semua kecuali tiga dari 25 erupsi gunung berapi terbesar di dunia dari 11.700 tahun terakhir terjadi pada gunung-gunung berapi di Cincin Api.
Serangkaian erupsi gunung berapi pada awal tahun 2018 di sekitar Cincin Api Pasifik mendasari dilakukannya beberapa penelitian ilmiah tentang kemungkinan adanya masalah di hadapan kita. Ada sekitar 25 erupsi gunung berapi yang signifikan secara global dalam 18 tahun pertama abad ini dibandingkan dengan sekitar 65 di sepanjang keseluruhan abad ke-20.
Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, sebagian terbentuk oleh gunung-gunung berapi di Cincin Api, memiliki lebih dari 1.115 gunung, dengan 125 di antaranya masih aktif, menurut Smithsonian’s Global Volcanism Program.
Beberapa rabbi terkemuka Israel memandang peningkatan erupsi-erupsi vulkanik merupakan bagian dari proses akhir zaman yang mendahului kedatangan Mesias.
Rabbi Nir Ben Artzi, seorang rabbi kabalistik Israel dengan banyak pengikut mengungkapkan,
“Sang Pencipta sedang memurnikan dunia dari kotoran si ular untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias untuk dinyatakan kepada dunia. Penebusan akan datang dengan belas kasihan sehingga Bapa kita di Surga menggunakan alam untuk melawan kita: melalui badai, api, gempa bumi, dan gunung berapi … Perlahan-lahan, Yang Kudus Diberkatilah Dia, sedang menghancurkan semua kejahatan di dunia sementara pada saat yang sama mempersiapkan terang Mesias. Dunia sedang mengalami kehancuran dan kelahiran kembali pada saat yang sama.
Rabbi Yosef Berger, rabbi Makam Raja Daud di Gunung Zion, mencatat bahwa fenomena alam selalu menyertai penebusan.
“Sepanjang waktu, alam tampak bertindak sesuai dengan serangkaian aturan. Orang-orang yang tidak melihat Tuhan di dunia, secara keliru mempercayai bahwa ini adalah cara alam bertindak dan akan selalu bertindak. Mereka percaya bahwa melalui hukum-hukum alam ini mereka bertindak sehingga mereka memerintah atas ciptaan Tuhan.”
Rabbi Berger mengungkapkan kata-kata berkat yang diucapkan oleh seorang Yahudi setelah menyaksikan perbuatan alam yang menakjubkan:
Diberkatilah Engkau, YHVH Elohim kami, Raja alam semesta, yang kuasa dan kekuatan-Nya memenuhi dunia.
“Seperti yang kita lihat di Mesir, ketika Hashem (YHVH) akan bertindak, untuk mendatangkan Penebusan, Dia mengambil kendali-kendali alam, dan aturan-aturan yang tampaknya tidak berubah dan tidak dapat diubah, tidak lagi berlaku.”
Sebuah ayat dalam kitab Mazmur menggambarkan proses akhir zaman dan tampaknya menggambarkan potensi kehancuran di Cincin Api Pasifik, yang salah satunya sedang terjadi saat ini di Anak Krakatau,
Mazmur 46:3,4 Oleh sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah dan gunung-gunung berguncang di dalam laut. Biarpun airnya bergemuruh, biarpun gunung-gunung berguncang dalam geloranya. Sela.
Tsunami yang disebabkan oleh longsornya lereng gunung Anak Krakatau benar-benar digambarkan secara akurat oleh pemazmur. Terjemahan lain dari Mazmur 46:3,4 berbunyi:
Atas demikian, kita tidak akan takut dalam perubahan bumi, dan dalam longsornya gunung-gunung ke dalam jantung lautan. Mereka bergemuruh, airnya berbuih, gunung-gunung berguncang dalam kenaikan gelombangnya.
Pasal ini berlanjut dengan kepastian bahwa peperangan akan lenyap dari bumi dan bahwa Penebusan akan tiba sesudah periode pergolakan alam.
“Ini adalah fenomena global, jelas untuk dilihat semua orang, tetapi pesan pentingnya adalah agar setiap individu memahami apa yang sedang terjadi sebagai bagian dari proses Mesias,” kata Rabbi Berger menyimpulkan.
Senada dengan pernyataan rabbi Israel itu, David Wilkerson, seorang pelihat yang menyaksikan peristiwa-peristiwa akhir zaman dalam penglihatan yang dia lihat sebelum kedatangan Yeshua mengatakan,
Orang-orang yang peka akan memiliki di dalam diri mereka pengertian mendalam bahwa Tuhan berada di belakang peristiwa-peristiwa aneh ini dan sedang melepaskan murka alam untuk memaksa orang-orang ke dalam suatu perasaan keprihatinan tentang nilai-nilai kekekalan. Reaksi-reaksi brutal dari alam ini jelas akan diatur oleh Tuhan untuk memperingatkan umat manusia akan datangnya hari-hari kemurkaan dan penghakiman. Hampir seolah-olah seluruh surga berseru-seru, “Oh Bumi, perhatikanlah panggilan-Nya. Dia menggenggam pilar-pilar Bumi di tangan-Nya. Dia akan mengguncangkan Bumi sampai suara-Nya didengar. Dia menunggangi, Raja air bah dan Tuhan atas angin dan hujan.” Umat manusia akan sangat merindukan kembali ke kondisi-kondisi normal, tetapi waktunya akan datang ketika tidak akan ada kembali. Tuhan telah membangkitkan diri-Nya sebagai yang bangun dari tidur, dan murka menyala-nyala terhadap orang-orang yang keras kepala dan berdosa.”
Ketika mengajar murid-murid-Nya tentang akhir zaman, Tuhan Yeshua berbicara tentang datangnya Hari-hari Anak Manusia.
Lukas 17:22 Dan Dia berkata kepada para murid-Nya, “Waktunya akan tiba ketika kamu ingin melihat satu dari hari-hari Anak Manusia itu, tetapi kamu tidak akan melihatnya.
Kita yang hidup pada akhir zaman ini mendapatkan “kemurahan” untuk menyaksikan hari-hari Anak Manusia. Itu berbicara tentang kebinasaan tiba-tiba yang akan terjadi kepada dunia, ketika semua orang berkata semuanya aman dan damai. Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman—maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin—mereka pasti tidak akan luput.
Tentang kebinasaan tiba-tiba itu, Tuhan Yeshua berkata, “Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Kalau ada dua orang di padang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” Dan seraya menanggapi, mereka berkata kepada-Nya, “Di mana, Tuhan?” Dan Dia berkata kepada mereka, “Di mana ada bangkai, di situ burung-burung nazar akan terkumpul.” Lukas 17:34-37
Menurut chazal (rabbi-rabbi bijak), waktu-waktu yang mendahului kemunculan Mesias merupakan waktu pengujian (nisayon) di mana dunia akan mengalami berbagai bentuk tribulasi yang disebut Chavlei haMashiach, “sakit bersalin Mesias” (Sanhedrin 98a; Ketubot, Bereshit Rabbah 42:4, Matius 24:8). Beberapa orang mengatakan sakit bersalin ini berlangsung 70 tahun, dimana 7 tahun terakhir adalah periode tribulasi yang paling intens – yang disebut “Waktu Kesusahan Yakub” (Yeremia 30:7).
Klimaks dari Masa Kesusahan Besar disebut “Hari YHVH” yang besar (Yom Adonai hagadol) yang merupakan waktu Tuhan mencurahkan murka-Nya ke atas sistem dunia yang memberontak ini. Pada hari yang ditetapkan ini, YHVH akan mengguncang seluruh bumi dengan sangat dahsyat (Yesaya 2:19) dan malapetaka-malapetaka global akan terjadi.
Wahyu 6:17 Sebab hari besar murka-Nya telah tiba dan siapakah yang dapat bertahan?”
Dikatakan dalam Gemara (Sanhedrin), ketika mereka menanyakan kepada Rabbi Eliezer Hagadol, “Apa yang dapat diperbuat seseorang untuk menyelamatkan dirinya dari ‘sakit bersalin’ Mashiach?” Rabbi Eliezer Hagadol menjawab, “Dia harus mengisi waktunya dengan Torah dan gemilut chassadim” (perbuatan-perbuatan kebaikan). Itulah yang akan menyelamatkan dia.
Kepada orang-orang pilihan-Nya yang bertekun di dalam iman dan kesetiaan, Tuhan Yeshua berjanji untuk memelihara dan membebaskan mereka,
“Karena engkau telah memelihara firman kesabaran-Ku, Aku juga akan memelihara engkau dari waktu pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk menguji mereka yang tinggal di bumi.” Wahyu 3:10
“Namun ketika hal-hal ini mulai terjadi, berdirilah dan angkatlah kepalamu, karena Penebusanmu sedang mendekat.” Lukas 21:28

Referensi:

Citra satelit erupsi Anak Krakatau