Emak-emak Pendukung Prabowo Bukan Dari Rakyat Jelata, Tapi Elit Orba.
Daeng Uceng . 2 days ago . 5 min read . 3.3k
Akhi, beritahu Emak antum, bahwa ternyata emak-emak yang sering berdemo dan tergabung di kubu Prabowo bukanlah emak-emak dari rakyat jelata. Mereka itu pemain lama dalam kancah politik di Indonesia, dan beberapa nama sudah terdeteksi bagian dari masa orde baru.
Jadi tampaknya politik mengejar kekuasaan terus saja bergelora, yang elit-elit itu turun gunung langsung dan memimpin beberapa aksi, dan supaya terlihat sebagai pejuang dari rakyat, mereka menggunakan agama sebagai aksesoris, jadi supaya yang awam percaya gitu bahwa mereka ini orang-orang yang beragama, tetapi ternyata mereka adalah pengejar kekuasaan.
Karena saat ini mereka tidak leluasa lagi untuk bisa menikmati kekayaan Indonesia. Mereka sudah kesulitan mendapatkan banyak fasilitas-fasilitas dari negara. Mereka masih mau seperti di masa orde baru, dekat dengan penguasa dan mendapatkan bagian kue kekuasaan.
Kan lumayan kalau dekat dengan penguasa, bisa santai-santai saja dapat uang, rekening selalu terisi, dan plesiran ke luar negeri bisa kapan saja, bisa ikut disko-disko di klub-klub mahal di beberapa negara, meskipun tubuh sudah tidak langsing lagi, sudah melar disana-sini, kenikmatan dunia itu masih menggiurkan.
Kalau sudah begitu, apakah kita-kita yang awam ini masih percaya bahwa mereka ini emak-emak yang berjuang memang demi rakyat dan demi agama? Kalau ane sih 1000 persen tidak percaya, sudah dari awal. Sekarang zaman keterbukaan informasi, dengan mudah informasi tentang seseorang bisa didapatkan.
Dulu ada emak-emak yang teriak-teriak harga-harga mahal dan minta ganti presiden. Siape lo? Ternyata saudara, emak itu lupa melepaskan gelang emasnya yang berkarat-karat, jadi bukan emak-emak dari rakyat jelata. Emak-emak itu agak gembrot dan memakai baju coklat. Netizen mencari tahu siapa dia, dan dapat juga. Jadi yang tepat itu ganti pola pikir, bukan ganti presiden.
Contoh lihat saja nama GEMPAR atau Gerakan Emak-emak Peduli Rakyat, yang pernah demo di depan mabes polri di kebayoran, Jakarta Selatan, menuntut pelaku persekusi Ustadz Abdul Somad yang dulu pernah di tolak ceramah di beberapa tempat. Disini mereka sok peduli Islam, tapi ini adalah manuver saja untuk kelihatan bahwa mereka memperjuangkan Islam.
Nah, koordinator kelompok yang menamakan dirinya GeMpAr ini bernama Asmaizulfi atau akrab disapa Fifi. GEmpar ini sangat jelas mendukung Prabowo, yang sudah kita tahu lahannya begitu luas dan sepertinya perlu dicek lagi apakah banyak masalah atau cara mendapatkannya bagaimana. Prabowo kan sangat dekat dengan kekuasaan Orde Baru, yang dinilai oleh sebagian besar rakyat Indonesia sebagai orde yang gagal, karena itulah Soeharto dituntut mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI waktu itu.
Perkumpulan Gempar ini resmi berdiri pada 16 november 2018, jadi masih baru-baru benar, artinya ini jelas terbaca arahnya, untuk kepentingan memenangkan Prabowo. Markasnya berada di jalan Rawa Badak Barat No. 2 Koja, Jakarta Utara. Dan si Asmaizulfi sendiri yang jadi ketua umumnya.
Jadi merangkap koodinator demo waktu itu, sepertinya dari sini jelas mereka kekurangan Emak-emak yang real emak-emak rakyat jelata, paling emak-emak Pepes yang begitu dungu karena termakan iming-iming umroh gratis dan beberapa fasilitas.
Sekarang sudah terciduk karena menyebar fitnah, baru menyesal belakangan. Duh emak-emak…harusnya jalani saja usaha pepes ikan atau tahu-tempe dengan profesional, insya Allah berkah dan nanti bisa dikumpulkan uangnnya buat umroh. Mending jalani bisnis daripada ikut-ikut sama Fadli Zon atau kubu Prabowo yang tidak lama lagi akan tenggelam karena tidak ada visi misi yang jelas, hanya bisanya menyebarkan hoax, joget-joget, dan menghina orang-orang miskin juga ulama.
Gempar juga punya pengawas, dan ternyata orang dari FPI, yaitu Muhsin Alatas, dan juga dari tokoh Pemuda Pancasila, sayap paramiliter era Orde Baru, namanya Japto Seorjasoemarno. Antum kenal akhi? Kalau yang besar di zaman jadul pasti kenal, tapi bisa dicari kok datanya.
Asmaizulfi, yang mengaku emak-emak pembela rakyat, pernah ikut terlibat dalam pilkada DKI 2017, ia juga pernah menggerakkan emak-emak yang lugu dan tak tahu apa-apa mendemo Presiden Joko Widodo di depan Istana pada 18 juli 2018, waktu itu memakai nama Barisan Emak-emak Militan. Militan karena janji-janji surga. Dan Asmaizulfi ini yang turut andil juga memenjarakan Ahok.
Gaya demo mereka ini membawa perkakas rumah tangga, yang mungkin baru dibeli di tanah abang, jadi kalau bawa alat ini kesannya rakyat benar-benar menderita, padahal, kehidupan Asmaizulfi ini tidaklah menderita seperti emak-emak yang berjuang mencari nafkah demi bisa menyekolahkan anak-anaknya dan bisa makan cukup.
Jadi mari kita kenal baik-baik siapa Asmaizulfi yang mengaku sebagai emak-emak pejuang rakyat, dia adalah istri Mayor Jenderal (Purn) Moerwanto Soeprapto, Ketua Yayasan Citra Handadari Utama, yang pernah menjabat sekjen Departemen Sosial pada masa Orde Baru. Yayasan ini bersengketa dengan Kementerian Sosial atas kepemilikan lahan dan pengelolaan Gedung Cawang Kencana di Jakarta Timur.
Mengurut kasus tersebut, lahan seluas 0,8 hektare itu dimiliki oleh Departemen Sosial yang dikelola Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial. Yayasan ini mendirikan Gedung Cawang Kencana dari dana judi Sumbangan Dana Sosial Berhadiah/Porkas, yang sangat terkenal pada 1980-an. Wow…dari dana judi, judi kan haram… jangan-jangan selama ini makan uang haram ya? Sehingga begitu Oon?
Pada 1999, Moerwanto, suami Fifi, mengalihkan pengelolaan gedung dan lahan tersebut ke yayasan miliknya, lalu disewakan ke pihak ketiga sehingga merugikan keuangan negara Rp726 juta, menurut putusan Mahkamah Agung pada Oktober 2014. Moerwanto divonis bersalah dan menjalani hukuman 4 tahun penjara.
Mmmhhh…. ternyata… antek-antek orba. Tenggelamkan… jadi jelas, siapa yang harus dipilih. #JokowiLagi
Daeng Uceng
Pria macho dari timur penggemar kuliner
No comments:
Post a Comment