Awas! Ini 3 Strategi Tipu Muslihat Prabowo-Sandi Kalahkan Jokowi
Asaaro Lahagu . 6 hours ago . 7 min read . 1.5k
Menjelang 17 April 2019, saya terkejut mengamati taktik kubu Prabowo. Dalam kacamata saya ada tiga taktik berupa tipu muslihat yang mereka jalankan demi memperoleh kemenangan. Ketiga taktik ini luar biasa berani, nekat dan menghalalkan segala cara.
Pertama, sikap saat menjawab pertanyaan survei. Seorang teman saya yang berhasil menyusup ke kubu kampret memperoleh informasi akurat. Sejak Oktober 2018 dan sampai menjelang hari pencoblosan, kubu kampret sudah dibriefing bahwa saat menjawab survei apapun, harus dijawab memilih Jokowi atau golput.
Mengapa harus menjawab pilih Jokowi dalam survei padahal mendukung Prabowo? Taktik ini bertujuan untuk menina-bobokan kubu Jokowi. Ketika kubu Jokowi yakin bahwa mereka akan menang dalam survei, maka militansi, kengototan, kegigihan mereka untuk memenangkan Jokowi, lemah. Sementara kubu Prabowo akan bergerak lebih ngotot di akar rumput tanpa disaingi.
Amatilah siapa-siapa yang telah bergabung ke kubu Jokowi. Bukankah banyak di antara mereka adalah pendukung Prabowo sebelumnya? Saya hanya sebut dua di antaranya. Kapitra Ampera, pengacara Rizieq Shihab. Bang Yusril, pengacara HTI. Anda percaya pada keprofesionalan mereka sebagai pengacara?
Sepintas mereka mendukung Jokowi dan terlihat menguatkan Jokowi, bukan? Itu benar. Namun mereka tidak lebih sebagai penggembira dan penina-bobo kubu Jokowi. Usaha mereka untuk memenangkan Jokowi suam-suam kuku. Bahkan kita sendiri tidak tahu jika nantinya di bilik suara, Bang Yusril, Kapitra Ampera sendiri akan mencoblos Prabowo. Anda protes? Proteslah ketika Prabowo sudah menang atas Jokowi.
Kemarin, malah ada dagelan penuh sandiwara. Keluarga Sandiaga Uno di Gorontalo mendukung Jokowi. Ada apa ini? Ini sebetulnya adalah drama untuk menina-bobokan kubu Jokowi. Lihatlah keluarga Sandiaga sendiri mendukung Jokowi. Anda tahu siapa yang mereka coblos saat 17 April? Sandiaga Uno. Ini adalah taktik penina-bobokan.
Dengan begitu banyaknya deklarasi mendukung Jokowi, maka kubu Jokowi semakin besar kepala, euforia dan semakin yakin kemenangan. Tetapi awas. Ini adalah taktik penuh jebakan. Kubu Prabowo dalam kesenyapan sedang bergerak hidup-mati dengan semangat 45 di akar rumput, door to door.
Quick count sore hari 17 April 2019, anda mungkin saja terkejut melihat Prabowo unggul atas Jokowi. Seperti yang terjadi di Pilkada Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta, survei dijungkir-balikan oleh paslon dari kubu Prabowo. Artinya margin 20 persen itu yang mengunggulkan Jokowi atas Prabowo tidak sepenuhnya menjamin kemenangan Jokowi. Survei sekaliber Kompas sekalipun meleset lebih 20 persen di Pilkada Jawa Tengah 2018 lalu.
Kedua, semprotan kebohongan. Benarlah kata mantan Presiden Habibie bahwa yang bisa mengalahkan Jokowi bukan Prabowo tetapi hoax. Produksi hoax dari kubu Prabowo luar biasa masif dan terstruktur. Prabowo, Sandi dan pendukung mereka terus-menerus menyemprot fitnah, hoax dan tuduhan-tuduhan kepada kubu Jokowi.
Apa sebenarnya tujuan fitnah itu? Selain membuat kubu Jokowi sibuk menangkal tuduhan itu, juga mendoktrin secara terbuka pendukung Pranowo di akar rumput. Ketika hoax dan fitnah yang selama ini sudah ditanam dibenak masyarakat bawah, maka mereka semakin yakin ketika Prabowo, Sandi dan tim pemenangan Prabowo melempar pernyataan hoax yang senada di depan publik. Ini menguatkan dan menyemangati pendukung di akar rumput.
Fitnah yang sedang diproduksi di kalangan bawah tentu saja mendapat jaminan perlindungan dari kubu Prabowo. Lihatlah bagaimana Fadli Zon, Fahri Hamzah dan semua elit BPN membela membabi-buta orang-orang yang mendukung Prabowo.
Tiga orang emak-emak yang memfitnah Jokowi jika menang maka suara azan hilang, tidak ada lagi yang memakai kerudung, perkawinan sesama jenis disahkan adalah bagian dari semprotan hoax kubu Prabowo. Ketika mereka ditangkap oleh aparat, maka kubu Prabowo terus membela.
Para relawan Prabowo yang bergerak amat ngotot di akar rumput seperti ketiga emak-emak itu benar-benar sudah dicuci otaknya. Bahkan mereka sudah diberi janji spektakuler. Jika mereka pun nantinya akan di penjara karena menyebarkan hoax dan fitnah, hal itu tidak masalah karena Prabowo akan membebaskan mereka sehari setelah terpilih jadi Presiden. Jadi siapa takut?
Janji Prabowo itu telah dinyatakan secara terbuka di muka publik oleh Prabowo sendiri. Menurut Prabowo sehari setelah terpilih menjadi Presiden, maka ia langsung menjemput Rizieq Shihab dengan pesawat pribadi. Luar biasa. Lalu Prabowo juga akan membebaskan semua orang yang dipenjara para habaib, ustad, relawan dan seterusnya.
Para relawan sudah dicuci otaknya bahwa Prabowo pasti menang. Jika dipenjara, maka hanya sebentar saja. Setelah 17 April maka akan dibebaskan langsung oleh Prabowo. Yang penting, harus mendukung sampai titik darah Prabowo dengan bergerak dari pintu ke pintu memberitakan kejelekan Jokowi.
Ketiga, taktik kampanye di Masjid. Pilpres 2019 ini adalah hari penentuan kiamat atau tidaknya nasib HTI, PKS dan FPI. Kaum khilafah yang ditunggangi Prabowo-Sandi, HTI yang telah dibubarkan oleh pemerintahan Jokowi, akan bersandar ke Prabowo.
Jika Prabowo menunggangi kaum khilafah, sebaliknya kaum khilafah juga yakin bahwa nantinya mereka akan mampu menunggangi balik Prabowo setelah menang. Prabowo-Sandi adalah dua sosok yang lemah manajemen, tidak tegas, ambisius, dan mudah disetir.
Demi nasib terakhirnya, PKS, HTI, FPI bergerak sangat ngotot. Pilpres 17 April 2019 jatuh pada hari Rabu. Maka pada hari Selasa, 16 April 2019 malam, jamaah Masjid diminta berkumpul dengan kamuflase tipuan bernama Munajad. Kode aksi Munajad itu sudah dimulai secara resmi saat di Monas 212 atau 21 Februari lalu.
Dengan kedok mendoakan pemilu yang bersih, nantinya pada malam Rabu itu, akan ada caci-maki, cercaan, fitnah keji bercampur hoax kepada Jokowi. Setelah Jokowi dihabisi dengan fitnah maka jamaah diarahkan untuk memilih Prabowo. Tentu aparat tidak sanggup menangkap para pemfitnah sekaligus pada malam Pilpres, karena fitnah itu dilakukan secara serentak di seluruh negeri.
Gerakan Munajad besar-besaran 16 April akan berlangsung di seluruh masjid-masjid yang dikuasai oleh PKS, HTI, Khilafah, Ikhwanul Muslimin dan Wahabi.
Di seluruh Indonesia menurut data Krmenterian Agama, ada 800.000 Masjid dan Musholla. Jika 50 persen di antaranya akan melakukan Munajad, maka ada 400.000 Masjid dan Musholla yang menggelar doa politik pada Selasa malam sampai Rabu 17 April 2019. Doa ini akan bernada seperti doa Neno Warisman. Adu domba seperti yang terjadi di DKI akan kembali terjadi.
Para jamaah yang sudah dicuci otaknya akan bergerak tema besar khilafah. Jika rerata 200 orang disetiap Masjid dan Musholla yang bergerak maka jika dikalikan dengan 400.000 Masjid dan Musholla di seluruh Indonesia, maka aka nada 80 juta suara. Itu artinya Prabowo menang.
Anda tahu kenapa Prabowo malas-malas kampanye? Bukankah dia sendiri telah membuka strateginya saat mengalahkan Ahok? Tak usah kampanye dan rapat-rapat akbar. Cukup para elit turun ke tingkat RT dan lakukan kampanye bernada SARA, niscaya kemenangan akan diperoleh. Hasilnya? Ahok kalah. Strategi inilah yang kembali dicopy di Pilpres 2019.
Jika Prabowo asyik memuji Jokowi saat debat, sementara Sandiaga tak peduli jika dia diolok-olok saat kampanye, itu adalah bagian dari strategi dan pengalihan perhatian. Debat sudah tidak lagi penting. Yang penting adalah kubu Prabowo-Sandi telah menguasai 50 persen lebih Masjid dan Mushola di seluruh Indonesia.
Perhatikanlah di lingkungan anda apakah ada setiap hari Selasa saat ini ada gerakan massa di Masjid-Masjid dengan dalil ibadah, Munajad? Itu adalah latihan menggalang doa dan ceramah agama. Paginya tanggal 17 April akan langsung ke TPS setelah dicuci otaknya dengan memilih langsung Prabowo.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan oleh kubu Jokowi? Tidak cukup hanya himbauan agar Masjid dilarang untuk kegiatan politik. Pun tidak cukup hanya dengan selfi-selfi di sosial media bahwa Jokowi hebat.
Seharusnya kubu Jokowi harus juga melakukan strategi yang sama. Rebut Masjid dan Musholla dari PKS, HTI, FPI dan kaum khilafah. Bukankah Jusuf Kalla, Ketua Dewan Masjid Indonesia?
Selain bergerak di Masjid dan Musholla, kubu Jokowi juga harus turun langsung bergerak di akar rumput menjelaskan prestasi Jokowi, menangkal hoax dan menjelaskan jejak hitam masa lalu Prabowo sesuai fakta. Itu baru usaha hebat dalam memenangkan Jokowi. Begitulah kura-kura.
Salam Seword,
Asaaro Lahagu
Sumber: https://seword.com/politik/awas-ini-3-strategi-tipu-muslihat-prabowosandi-kalahkan-jokowi-EJvHqAYJS
No comments:
Post a Comment