Mujizat Purim: AS Mengakui Kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan
Dalam cara yang mencerminkan sifat Alkitabiah dari hari raya Purim sebagai aspek penebusan bagi bangsa Yahudi, Presiden Donald Trump mengumumkan pada hari Kamis bahwa pemerintahannya akan mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
“Setelah 52 tahun, saatnya bagi Amerika Serikat untuk sepenuhnya mengakui Kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, yang sangat penting bagi keamanan strategis dan keamanan bagi Negara Israel dan Stabilitas Regional!”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menerima pengumuman Trump dengan sangat antusias.
“Pada saat Iran berusaha menggunakan Suriah sebagai platform untuk menghancurkan Israel, Presiden Trump dengan berani mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Terima kasih Presiden Trump! @realDonaldTrump”
Pengumuman Trump bertepatan dengan hari raya Yahudi Purim, memperingati ketika orang-orang Yahudi menanggulangi ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh kekuatan politik anti-Semitik (anti Yahudi) di Persia kuno.
Banyak orang yang mengklaim ini adalah hadiah pra-pemilu bagi teman Trump, Benyamin Netanyahu, tetapi yang lain-lainnya melihat signifikansi yang jauh lebih besar yang melampaui politik dan masuk ke ranah Alkitab. Salah satu keyakinan seperti itu diungkapkan oleh penerbit Breaking Israel News, Rabbi Tuly Weisz, yang menunjukkan bahwa pengumuman itu datang pada hari raya Yahudi, Purim.
“Ini memperkuat perbandingan yang telah dibuat antara Presiden Trump dan Koresh Agung,” kata Rabbi Weisz. “Dekrit Koresh pada tahun 538 SM menjadi penyebab langsung terjadinya kisah Purim beberapa dekade kemudian. Orang-orang Yahudi seharusnya kembali ke Israel, tetapi merasa terlalu nyaman di Persia. Hanya ancaman pemusnahan yang membangunkan orang-orang Yahudi dari rasa puas diri dan asimilasi. Mordekhai dan Ester mengingatkan orang-orang Yahudi untuk berpuasa, berdoa dan berbalik kepada Bapa kita di Surga. Sekali lagi penguasa non-Yahudi, Presiden Trump, telah mengeluarkan dekrit yang mengakui hubungan kekal antara umat Israel dengan Tanah Israel, dan tepat pada Purim! Saya hanya berdoa agar tidak seperti Dekrit Koresh Agung yang asli, lebih banyak orang Yahudi dari seluruh dunia mendengar keputusan besar ini dan menggunakannya sebagai motivasi untuk kembali ke tanah air abadi kita.”
Rabbi Hillel Weiss, juru bicara Sanhedrin, setuju bahwa tindakan Trump memiliki korelasi Alkitabiah tetapi koneksi Alkitab ini disertai dengan peringatan.
“Raja Daud dihukum karena dia menaklukkan Golan dan Suriah sebelum mendirikan situs Bait Suci,” kata Rabbi Weiss. Perlu dicatat bahwa Sanhedrin adalah sumber pertama yang membandingkan Presiden Trump dengan Raja Koresh, meluncurkan koin peringatan untuk melambangkan perbandingan itu. “Jika Trump bertindak sekarang untuk mendirikan hak-hak Israel atas Gunung Bait Suci, akan tiba waktunya untuk memungkinkan kurban Paskah.”
“Jika Raja Daud telah melakukan segala yang dia lakukan tetapi tidak mendirikan Bait Suci, kita tidak akan membaca tentang dia di dalam Alkitab hari ini,” kata Rabbi Weiss. “Hal yang sama berlaku untuk semua pemimpin dunia.”
Rabbi Weiss menjelaskan bahwa Sanhedrin baru-baru ini memutuskan bahwa berdasarkan sumber-sumber rabbinik tertentu, satu kurban Paskah akan cukup bagi seluruh Israel tahun ini.”
Biasanya, setiap orang Yahudi harus membawa anak domba Paskahnya sendiri atau bergabung dalam kelompok kecil.
“Semuanya dipersiapkan supaya hal ini dapat terjadi,” kata Rabbi Weiss.
“Memang benar bahwa Golan memiliki kepentingan strategis dan bahkan eksistensial bagi Israel, tetapi semuanya itu tidak akan ada artinya jika pada akhirnya tidak menghasilkan Israel menggenapi peranan mereka dengan mendirikan Kuil Bait Suci di Yerusalem,” kata Rabbi Weiss. Rabbi Weiss mengungkap bahwa laporan baru-baru ini mengindikasikan bahwa rencana perdamaian Timur Tengah Presiden Trump mungkin termasuk meninggalkan bagian-bagian dari Yerusalem, termasuk Gunung Bait Suci.
“Trump membawa seluruh dunia lebih dekat kepada geula (penebusan) ketika dia memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, tetapi semua hal-hal yang baik ini dapat berubah menjadi buruk jika mereka mengorbankan Rumah Doa Tuhan bagi Segala Bangsa,” kata Rabbi Weiss. “Bait Tuhan tidak untuk dijual atau bagi seseorang untuk memperoleh keuntungan politik dari membuat kesepakatan-kesepakatan.”
“Ini adalah waktu yang tepat ketika dunia dibagi menjadi dua kubu yang berbeda; mereka yang mendukung Israel dan Bait Tuhan dan mereka yang menentangnya,” kata Rabbi Weiss. “Orang-orang Yahudi Amerika harus memilih. Jika mereka semua datang ke Israel, tidak akan ada pertanyaan tentang satu inchi pun dari tanah yang Tuhan berikan kepada keturunan Abraham. Kami akan segera mengambil tempat kami sebagai bangsa imam-imam untuk melayani dunia di Yerusalem. Seperti yang baru saja kita baca dalam Kitab Ester dan sebagaimana kita akan menceritakannya pada Paskah, sekarang adalah waktunya untuk menjawab panggilan Tuhan kepada orang-orang Yahudi. Mereka yang tidak menjawab akan lenyap dalam pasir waktu.”