Yudo Wibowo langsung membanting remote control televisi saat melihat hasil hitung cepat (quick count) jagoannya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, keok oleh pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Apalagi selisihnya sangat banyak.
“Saya nggak percaya. Saya sampai nggak sanggup lagi lihat TV. Saya ambil itu remote control, saya banting!” kata Yudo saat ditemui detikX di Rumah Lembang, markas pemenangan pasangan Ahok-Djarot, seusai pencoblosan pada Rabu, 19 April lalu.
Yudo pun menuding kekalahan telak pasangan Ahok-Djarot itu lantaran isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang digelorakan sejumlah ormas Islam pendukung pasangan Anies-Sandi.
“Itu karena kampanye yang digelorakan orang-orang FPI. Orang-orang pada malas datang ke kampanye karena takut dikepung,” ujar Yudo.
Hal yang sama dikatakan Salmah, relawan pendukung Ahok-Djarot asal Cengkareng, Jakarta barat. “Biang kekalahan Ahok itu adalah Rizieq Syihab. Terus terang saja, saya ini muslim, saya tidak setuju apa yang diucapkan Rizieq!” kata Salmah.
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat menggelar jumpa pers Rabu (19/4). Keduanya menanggapi hasil hitung cepat dan mengucapkan selamat kepada Anies-Sandi.
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Foto: Agung Pambudhy/detikcom
Selamat untuk Pak Anies dan Pak Sandi, juga seluruh timses pendukung. Kita semua sama, kita ingin Jakarta baik, karena Jakarta rumah kita bersama.”
Perempuan berusia 65 tahun itu menjadi pendukung Ahok sejak mantan Bupati Belitung Timur tersebut maju bersama Joko Widodo dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012.
Salmah pun mengaku hatinya remuk saat mengetahui Ahok-Djarot kalah oleh pasangan Anies-Sandi. “Pas lihat hasil quick count… haduh...,” ucapnya singkat.
Hasil menyedihkan yang diperoleh pasangan Ahok-Djarot ini juga tidak disangka tim sukses dari partai pendukung. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Aria Bima, bahkan menyebut hasil yang diperoleh pasangan Ahok-Djarot sebuah anomali.
Hasil tak mengenakkan ini pun langsung dibahas tim sukses di kamar nomor 32 Hotel Pullman Jakarta, 19 April. Elite partai pendukung tidak mengira selisih suara Ahok-Djarot sangat tajam.
“Kok ini bedanya bisa 18 persen begini? Padahal, dari survei sebelumnya, selisihnya tipis. Ini sangat anomali, bedanya sampai belasan persen,” kata Aria Bima sambil geleng-geleng.
Habib Rizieq turut hadir di Masjid Istiqal saat jemaah Tamasya Al-Maidah berkumpul di Jakarta, Rabu (19/4).
Foto: Hesti Rika/CNN Indonesia
Foto: Hesti Rika/CNN Indonesia
Menurut Aria, kekalahan telak Ahok-Djarot sangat tidak wajar dalam proses pilkada. Sementara itu, politikus Golkar, Ace Hasan Syadzily, saat ditanya soal kekalahan Ahok hanya menjawab singkat, “Politik memang kejam.”
Evaluasi pun akan segera dilakukan partai pendukung dan relawan. Beberapa indikator penyebab dicoba disingkap, terutama menjelang putaran kedua.
Pasalnya, perolehan suara Ahok-Djarot nyaris tidak bergerak dari hasil perolehan pada putaran pertama, bahkan turun. Pada pilkada putaran pertama, berdasarkan hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta 26 Februari lalu, pasangan Ahok-Djarot meraih 2.364.577 suara atau 42,99 persen.
Sedangkan pada putaran kedua ini, suara yang diraup Ahok-Djarot sebesar 42,05 persen (2.351.438 suara). Perolehan suara Anies-Sandi, yang pada putaran pertama sebesar 39,97 persen (2.193.530 suara), kini naik signifikan menjadi 57,95 persen (3.240.379 suara).
Pukul 16.00 WIB hari itu, melihat hasil hitung cepat sudah menunjukkan dirinya kalah, Ahok, yang berada di Hotel Pullman Jakarta, ingin segera menggelar jumpa pers. Namun langkahnya dicegah karena menunggu konsultasi dengan pimpinan parpol pendukung.
Setelah mendapat restu dari pimpinan parpol, Ahok pun berpidato di depan media. Secara legawa, Ahok menerima kekalahan. Ia berjanji akan merampungkan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan dengan cepat.
“Selamat untuk Pak Anies dan Pak Sandi, juga seluruh timses pendukung. Kita semua sama, kita ingin Jakarta baik, karena Jakarta rumah kita bersama,” kata Ahok.
Seorang konsultan politik pasangan Ahok-Djarot yang enggan disebut namanya dengan alasan profesionalitas menyebutkan kekalahan Ahok disebabkan oleh Ahok sendiri.
Ahok dinilai tidak menjalankan narasi yang disusun oleh tim pemenangan alias berjalan sendiri. “Ahok tidak pernah mau mendengarkan saran tim pemenangan dan memilih caranya sendiri,” begitu kata pria yang mengawal Ahok sejak pilgub 2012 itu.
Ia mencontohkan, memasuki putaran kedua, sosok Ahok yang fenomenal sudah hilang dari diri Ahok. Sebab, Ahok menjadi begitu santun. “Apa bedanya dengan kubu Anies yang menjual kesantunannya?” ucap dia.
Ia juga menyayangkan, menjelang putaran kedua, Ahok justru tidak pernah blusukan ke “darat” dan memilih eksis di media sosial. Padahal, dengan blusukan, persepsi masyarakat yang sudah termakan isu SARA setidaknya bisa diubah jika Ahok menyapa warga secara langsung.
Real count tim pemenangan Ahok-Djarot pada pilkada Jakarta putaran kedua di Hotel Pullman Jakarta, Rabu (19/4).
Foto: Adhi Wicaksono/CNN Indonesia
Foto: Adhi Wicaksono/CNN Indonesia
Kondisi tersebut diperparah oleh aktivitas “fansboy” Ahok yang kelewatan dan cenderung mengultuskan Ahok layaknya seorang nabi. Hal ini kemudian semakin menjauhkan Ahok dari kalangan warga yang belum menentukan pilihan.
Sedangkan Guntur Romli, salah satu anggota tim relawan Ahok-Djarot, melihat kekalahan Ahok lebih disebabkan oleh jagoannya tidak bisa menjanjikan surga. “Pak Ahok itu bisa ngurusin orang dari lahir sampai meninggal. Tapi ada satu yang tidak bisa dipastikan oleh Ahok, yaitu surga, ha-ha-ha…,” ujar Guntur berseloroh.
Dengan kata lain, kata Guntur, yang jadi penyebab kekalahan Ahok lebih dominan adalah adanya sentimen agama.
Namun tudingan Guntur dibantah M. Taufik dari tim pemenangan Anies-Sandi. Kata Taufik, tuduhan itu tidak berdasar. Sebab, pasangan Anies selama ini merangkul semua golongan, baik dari segi agama maupun ras.
“Mana bela-bela Islam itu? Pendeta, orang Batak, dan China saja kita kumpulin,” tutur politikus Partai Gerindra ini.
Menurut Taufik, kemenangan Anies-Sandi merupakan takdir Tuhan. “Kunci kemenangannya adalah manajemen Tuhan itu. Tuhan yang mengatur semuanya itu,” ujar Taufik.
Hal lain yang membuat Anies-Sandi bisa menyalip dominasi Ahok-Djarot, yang sebelumnya diunggulkan, kata Taufik, adalah semakin banyaknya warga yang marah kepada Ahok sehingga memilih Anies.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menerima Anies Baswedan di Balai Kota, Kamis (20/4). Keduanya sepakat menjaga persatuan.
Foto: Adhi Wicaksono/CNN Indonesia
Foto: Adhi Wicaksono/CNN Indonesia
Posisi Anies-Sandi sebagai titik kumpul pemilih yang anti-Ahok dibenarkan founderLingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali.
“Kubu Anies-Sandi menjadi melting pot, tempat berkumpulnya, segmen anti-Ahok,” tutur Denny dalam keterangan tertulisnya.
Ada dua segmen pemilih yang mencoblos Anies-Sandi. Pertama, warga Jakarta yang mendukung dan menyukai Anies-Sandi. Kedua, warga Jakarta yang tidak ingin Ahok menang.
“Paling banyak memang pendukung Anies. Tapi tak sedikit pula yang menjadikan Anies sebagai cara mengalahkan Ahok. Dari hasil survei, data yang punya efek elektoral negatif pada Ahok masih besar," ujar Denny.
Faktor lainnya, gerakan tim Anies-Sandi, termasuk tim dari Partai Gerindra, di media sosial pada pekan-pekan terakhir begitu masif dan efektif.
Misalnya, mereka menyebarkan pesan-pesan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo soal isu kebangsaan. Dan menjamin Anies-Sandi akan merawat keberagaman dan tidak mengkhianati NKRI ataupun Pancasila.
"Kita sudahi Jakarta yang gaduh dan terbelah di bawah gubernur lama. Bisnis memerlukan rasa aman. Ekonomi perlu stabilitas politik. Ini lebih bisa diberikan oleh Anies-Sandi," demikian pernyataan Prabowo yang tersebar melalui media sosial
Kesalahan kubu Ahok-Djarot yang ketahuan menyebar bahan kebutuhan pokok pada minggu tenang juga menjadi salah satu faktor penyebab raihan suara Anies-Sandi meroket. Hal ini disebutnya sebagai blunder elektoral oleh Ahok.
Reporter: Ibad Durohman, Gresnia Arela F.
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban
Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.
Source image: https://x.detik.com/detail/investigasi/20170421/Sentimen-Agama-dan-Blunder-Ahok/index.php