A story with tens of thousands of articles.

A story with tens of thousands of articles.
life and death, blessing and cursing, from the main character in the hands of readers.

Thursday, October 18, 2018

Investasi Mangkrak 5 Tahun, Diselesaikan 2 Minggu oleh Jokowi

Mangkrak 5 Tahun, Diselesaikan 2 Minggu oleh Jokowi

Kemarin, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mampir ke kantor saya. Beliau datang bersama staf, ajudannya dan sopirnya. Mereka baru saja dari luar kota, dari bandara langsung ke kantor saya. Greget kan? hehe
Kami membahas banyak hal waktu itu, tentang beberapa situasi dan kondisi terkini seputar ESDM di Indonesia. Tapi mungkin saya akan mulai dengan satu cerita yang menurut saya paling menarik. Sesuai judul ini, mangkrak 5 tahun, diselesaikan 2 Minggu oleh Jokowi.
Ceritanya, tahun lalu, 2017, Arcandra dan beberapa menteri terkait dipanggil Presiden untuk menemui rombongan tamu dari Uni Emirat Arab. Dalam pertemuan tersebut Arcandra akhirnya tahu, bahwa ternyata ada permasalahan yang sangat fundamental dan mendasar terkait investasi di sektor migas.

Ilustrasi investasi
Sumber gambar: https://www.liputan6.com/bisnis/read/3273934/riset-orang-ri-lebih-suka-investasi-emas-ketimbang-saham.
Awalnya Presiden Jokowi mengajak para tamunya untuk berinvestasi di Indonesia. Kita siap menerima dan memfasilitasi kebutuhan mereka. Mendengar pernyataan Jokowi, tamu dari UEA ini sempat ragu-ragu untuk menjawab. Mereka sempat saling pandang satu sama lain, sampai akhirnya salah seorang dari mereka menjawab, bahwa mereka sudah mengajukan Bilateral Investment Treaty sejak tahun 2012. Tapi hingga saat itu belum pernah ada respon dari pemerintah Indonesia.
Mereka sempat juga menanyakan kepada Dubes UEA. Namun karena tidak adanya respon sama sekali, maka mereka berpikir pintu investasi di Indonesia cukup sulit untuk dibuka.
Presiden Jokowi agak kaget mendengar jawaban dari tamunya. Antara malu karena kita lambat merespon, dan geram kenapa hal-hal seperti ini baru kita ketahui. Presiden kemudian meminta BIT yang pernah diajukan, dan Indonesia akan merespon penawaran tersebut dalam 2 minggu.
Tamu-tamu dari UEA ini pun kaget campur bahagia, terlihat dari senyum sumringah dan tatapan optimis di mata mereka. Sementara menteri-menteri Jokowi lebih kaget. Mungkin lebih tepatnya mendadak migren. 2 minggu? Yang bener aja!
Tapi karena ini menyangkut nama baik bangsa, dan soal janji Presiden yang harus ditunaikan, maka tak ada satupun menteri yang berbisik dan meminta perpanjangan waktu. Semua diam mengangguk, tanda setuju. Meski waktu itu Arcandra belum tahu bagaimana cara menyelesaikannya.
Setelah tamu dari UEA pulang, Presiden hanya mengatakan satu hal kepada menteri-menteri yang mendampinginya saat itu, “segera selesaikan. 2 minggu lagi kita ketemu.”
Keesokan harinya, Arcandra langsung mengirim berkas BIT ke pengacaranya untuk dicek dan dicoret-coret mana yang sekiranya memberatkan dan kurang sesuai.
Di hari ke tiga, berkas koreksi tersebut akhirnya sampai di tangan Arcandra. Awal membaca begitu banyak catatan dan coretan, beliau agak kaget karena beberapa permintaan UEA sangat berat. Bahkan menurutnya agak mustahil beberapa poin itu mereka ajukan.
Karena curiga ada yang salah dalam pengajuan BIT dari UEA, Arcandra meminta semua berkas, lengkap. Dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. Kemudian mencocokkan satu persatu draft yang ada di dalamnya. Kecurigaan salah arti pun semakin kuat setelah Arcandra mengecek beberapa point bermasalah dalam berkas bahasa inggris. Sehingga beliau memutuskan untuk memanggil penerjamah tiga bahasa untuk duduk bersama.
Barulah setelah itu diketahui memang ada yang salah. Setelah itu Arcandra lapor ke Luhut terkait penemuannya ini. Luhut pun hanya geleng-geleng kepala melihat suatu kesalahan yang seharusnya tak pernah terjadi.
Selesai dengan satu pemahaman dan arti yang sama, beberapa pihak kemudian diajak bertemu untuk menyepakati beberapa point kesepakatan yang diajukan UEA. Ada perwakilan dari pertamina, Menkeu, BI, Menteri Perdagangan dan tentu saja ESDM.
Selama beberapa hari mereka bertemu, untuk menyepakati draft BIT yang diajukan UEA. Dan yang menurut Arcandra cukup rumit adalah antar lembaga banyak berbeda pendapat, untuk menerima atau menolak beberapa point yang diajukan.
Untuk itu, para menteri kembali bertemu. Berdebat cukup sengit tentang beberapa pertimbangan dan beragam alasan.
“Menurut saya kita hanya perlu mendebat UEA bagian-bagian yang sifatnya harus dipenuhi. Sementara beberapa bagian yang sifatnya boleh atau tidak kita penuhi, kita berikan,” usul Arcandra.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Arcandra mengaku sistem seperti itu biasa diterapkan. Kita tidak bisa meminta semuanya, dan mereka pun sama. Sehingga biasanya titik deal dari kesepakatan antar dua negara adalah sama-sama menguntungkan. Setelah itu tensi perdebatan menurun. Dan setelah beberapa hari rapat tertutup, akhirnya koreksi BIT dari UEA selesai, sehari sebelum janji 2 minggu yang ditargetkan Presiden.
Keesokannya, benar saja, Presiden kembali memanggil Arcandra. Dan melihat beberapa menteri yang datang, beliau sudah tahu bahwa Presiden pasti menanyakan BIT dari UEA.
“Saya waktu itu juga baru nyadar, ternyata sudah 2 minggu, dan Presiden ingat betul dengan ini,” kenang Arcandra.
“Waktu itu saya sampaikan ke Presiden, ada beberapa poin yang harus kita debat dengan UEA. Karena tidak semua harus kita setujui, dan ini biasa,” lanjutnya.
Setelah mendengar beberapa pemaparan dan alasan-alasan penolakan atau penerimaan terhadap poin perjanjian, di ujung pertemuan Presiden meminta agar draft BIT segera dikirim. “Setahu saya Dubes kita hari ini mau berangkat ke UEA, coba ditelpon supaya ini dia bawa.”
Arcandra pun segera pamit meninggalkan ruang rapat. Sementara beberapa menteri yang lain masih lanjut membahas hal lain.
Saat ditelpon, Dubes yang mau berangkat ke UEA ternyata sudah di jalan tol, hampir sampai di Bandara Soekarno Hatta. “Ini perintah Presiden, penting, jadi anda harus segera ambil di kantor saya,” ucap Arcandra. Dan Pak Dubes itupun langsung putar arah kembali ke Jakarta.
Tepat dua minggu, sesuai janji Presiden, draft BIT dari UEA direspon oleh Indonesia. Dan setelah itu, serangkaian pertemuan pun terjadi. Menteri energi dari UEA turut datang ke Indonesia untuk menandatangani beberapa kesepakatan. Sehingga akhirnya di akhir 2017, investasi senilai 3 miliar dollar mengalir ke Indonesia. Luar biasa! Begitulah kura-kura. 
#JokowiLagi

No comments:

Post a Comment

Related Posts

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...