Sementara Iran dan Israel terlibat dalam konflik langsung di Suriah dan para pemimpin dunia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan dengan program nuklir Iran, otoritas Rabbi memberi perhatian khusus kepada nubuatan-nubuatan untuk menemukan jawaban yang jelas tentang situasi yang sedang berkembang saat ini, yang menurut seorang pakar akhir zaman dikatakan “akan menjadi selaras dengan Alkitab.”
Semakin meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran digambarkan oleh pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah wawancara dengan NBC News.
“Dalam daftar potensi kemungkinan besar konflik nyata di seluruh dunia, pertempuran antara Israel dan Iran di Suriah ada di peringkat paling atas saat ini,” kata pejabat itu.
Rabbi Pinchas Winston, seorang pengajar topik akhir zaman, setuju dengan pendapat tersebut.
“Hal-hal akan menjadi Alkitabiah,” kata Rabbi Winston. “Beberapa orang menganggap Alkitab sudah mati. Mereka pikir mereka bisa duduk dan rileks. Itu jelas bukan kasus di Suriah dan dengan segera, itu akan menjadi jelas bagi semua orang.”
Kekhawatiran bahwa Israel dan Iran dapat terlibat dalam perang dalam waktu dekat adalah karena eskalasi terbaru konflik Israel dengan Iran, dari agresi tidak langsung menjadi konfrontasi langsung. Sebelumnya, agresi Iran terhadap Israel diekspresikan dengan menjadi salah satu negara sponsor terorisme terkemuka di dunia dengan Israel menjadi target utama terorisme. Iran mendukung Hamas di Gaza dan memasok rudal kepada Hizbullah di Lebanon.
Agresi proksi ini tiba-tiba berubah menjadi konfrontasi langsung pada Februari ketika sebuah pesawat tak berawak Iran yang dipersenjatai dengan rudal dikirim keluar dari pangkalan militer Suriah melanggar perbatasan Israel, dan kemudian ditembak jatuh oleh IAF di atas wilayah Israel. Israel membalas dengan melancarkan serangan udara terhadap pangkalan T4 dari mana pesawat tak berawak itu berasal, menewaskan tujuh personel militer Iran.
Konfrontasi antara Israel dan Iran semakin memanas. Pada hari Minggu, serangan udara yang diduga dilakukan oleh Angkatan Udara Israel terhadap pangkalan militer dekat Hama di Suriah Barat menewaskan lebih dari 20 personel militer dan menghancurkan pengiriman senjata yang baru-baru ini dikirimkan Iran kepada pasukan Presiden Bashar al-Assad. Kantor berita ISNA Iran melaporkan bahwa 18 orang Iran termasuk seorang komandan, tewas dalam serangan udara itu. Ini adalah kedua kalinya dalam satu bulan bahwa Israel dilaporkan menyerang markas Suriah yang diawaki oleh personel Iran.
Iran sedang membangun pangkalan militer di Suriah yang dilanda perang dalam upaya nyata untuk menciptakan jembatan darat ke Mediterania yang akan memungkinkan mereka untuk mendominasi wilayah tersebut. Menurut pejabat AS yang dikutip oleh NBC News, Rusia sekarang menjalankan perang udara untuk Assad, sementara Iran sedang menjalankan perang darat.
Iran kini memiliki kehadiran personel militer yang besar di Iran untuk mendukung peran kepemimpinannya dalam perang sipil Suriah. Pada hari Jumat, duta besar Israel untuk PBB, Danny Danon, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa Iran telah mengumpulkan lebih dari 80.000 jihadis Syiah di Suriah. Dalam dua minggu terakhir, penerbangan militer dari Iran ke Suriah telah meningkat drastis, memasok rezim Assad dengan senjata dan peralatan.
Dalam persiapan politik untuk menghadapi perang dengan Iran, Knesset mengeluarkan undang-undang pada hari Senin memberikan otoritas kepada perdana menteri Israel untuk menyatakan perang atau untuk memerintahkan operasi militer besar setelah berkonsultasi dengan menteri pertahanan. Sebelum undang-undang ini disahkan, pemungutan suara oleh kabinet lengkap dibutuhkan untuk memulai tindakan militer tersebut.
Menurut Rabbi Winston, kehadiran militer Iran di Suriah adalah korek api yang akan memicu ledakan yang lebih besar di Suriah.
“Penting untuk diingat bahwa Suriah pernah menjadi bagian dari Israel,” kata Rabbi Winston. “Raja Daud menanamkan tingkat kedusha (kekudusan) ke negeri itu ketika ia menaklukkannya. Iran menyerang secara khusus setiap kekudusan di dunia dan mereka memulainya di Suriah, yang merupakan tepian kekudusan Israel. Tentu saja, tujuan utama mereka adalah untuk melenyapkan semua kekudusan Elohim di dunia.”
Rabbi Winston mengutip nubuat di Yalkut Shimoni, kompilasi komentar para rabbi tentang Alkitab yang diyakini disusun pada abad ke-13, yang menyebutkan bahwa Persia (yang sekarang dikenal sebagai Iran) sebagai katalisator yang akan memicu perang multinasional apokaliptik.
“Rabbi Yitzchok berkata: Tahun di mana Melech Hamashiach (raja Mesias) akan dinyatakan, semua bangsa di dunia akan memprovokasi satu sama lain … Raja Persia akan memprovokasi Raja Arabia. Raja Arab, akan pergi kepada Edom untuk meminta nasehat dan Raja Persia akan mengancam untuk menghancurkan seluruh dunia. Bangsa-bangsa di dunia akan menjadi murka dan panik. Mereka akan tersungkur pada wajah mereka dan akan mengalami kesusahan seperti sakit bersalin. Israel juga, akan murka dan dalam keadaan panik bertanya, “Ke mana kita pergi?” (Yalkut Shimoni, Yesaya, 60:499)
Persia juga secara disebutkan secara eksplisit oleh Nabi Yehezkiel sebagai musuh Israel pada akhir zaman.
Yehezkiel 38:4,5 Aku akan membalikkan punggungmu dan memasang pengait pada rahangmu, dan Aku akan membawa engkau dan semua pasukanmu, pasukan berkuda, keluar; mereka semua berpakaian lengkap, kumpulan orang banyak dengan perisai besar dan kecil, mereka semua yang memegang pedang. Orang Persia, Etiopia, dan Libia bersama mereka, mereka semua dengan perisai dan ketopong.
“Konflik dengan Iran tidak seperti krisis politik normal, seperti krisis Rudal Kuba atau bahkan krisis Korea Utara,” kata Rabbi Winston menjelaskan. “Kim Jong Un takut, dan dalam manuver politiknya, dia mencari cara yang baik untuk mundur. Ini tidak akan terjadi pada Iran. Ini adalah krisis profetik yang berdasarkan Alkitab.”
“Penting untuk diingat bahwa Iran sebenarnya adalah inkarnasi modern dari Persia Alkitab dan Israel adalah hasil dari perjanjian Elohim dengan orang-orang Yahudi,” kata rabbi. “Anda memiliki satu negara yang dorongan eksistensialnya adalah untuk tetap bertahan hidup dengan tujuan membawa firman Elohim kepada dunia. Dan ditetapkan melawan kami, ada negara lain yang dorongan eksistensialnya adalah untuk menyaksikan dunia terbakar sehingga mereka dapat melangkah ke tahap selanjutnya dari takdir mereka.”

Terkait:

Referensi: