Hubungan antara presiden AS dan Raja Persia, Koresh, yang baru-baru ini diperkuat oleh pidato monumental Presiden Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang abadi, memiliki akar mendalam di dalam Bible Code dan numerologi Alkitab Ibrani, yang menghubungkan kedua tokoh ini dengan kedatangan Mesias.
Menurut para rabbi dan pengamat, Presiden Trump serupa dengan Koresh dalam berbagai hal yang dapat diamati. Meski terpisah waktu sekitar 2500 tahun, kedua orang tersebut memerintah negara terhebat dari era masing-masing. Koresh, seperti halnya Trump, sangat berkuasa dan kaya raya, tapi sama sekali bukan penganut agama Yahudi yang taat. Dan seperti halnya Koresh, Trump mendukung aspirasi nasional bangsa Yahudi. Sekarang ini, hubungan Mesianik tersebut telah terungkap.
Hubungan misterius antara Trump, Koresh, dan Mesias diungkapkan melalui dua metode kuno untuk memahami Torah. Numerologi Ibrani, yang dikenal sebagai Gematria, memberikan nilai-nilai numerik kepada huruf-huruf dan kata-kata Ibrani yang mengungkap makna tersembunyi, sedangkan Bible Code mencari pola-pola rahasia dan hubungan tersembunyi di antara huruf-huruf Torah Ibrani.
Hubungan Koresh dengan Mesias ditemukan di dalam Kitab Yesaya. Raja Persia ini adalah satu-satunya pemimpin non-Yahudi yang disebut dalam Alkitab sebagai Moshiach, yang secara literal artinya ‘Yang diurapi-Nya’. Kata untuk ‘yang diurapi’ dalam bahasa Ibrani adalah ‘Moshiach’ (משיח), yang artinya “Mesias” atau “Kristus” (Yunani).
Yesaya 45:1 (AI) Demikianlah firman YAHWEH kepada yang diurapi-Nya(moshiach), “Kepada Koresh, yang telah Aku pegang tangan kanannya, untuk menaklukkan bangsa-bangsa di hadapannya. Ya, Aku akan membuka ikat pinggang raja-raja, untuk membuka pintu-pintu di hadapannya, dan pintu-pintu gerbang tidak akan tertutup.”
Hubungan Trump dengan Mesias ditemukan melalui Gematria. Dengan menggunakan metode menjumlahkan nilai numerik huruf-huruf Ibrani nama Donald Trump dalam bahasa Ibrani (דונלד טראמפ), diperoleh angka 424 – yang juga merupakan kesetaraan numerik dengan ‘Moshiach dari Rumah Daud’ (משיח בן דוד).
Rabbi Matityahu Glazerson, ahli Bible Code, juga menemukan hubungan Trump dengan Koresh dan Mesias di dalam kode-kode Torah. Satu minggu setelah pemilihan presiden 2016, Rabbi Glazerson mengunggah video di mana dia menggambarkan petunjuk-petunjuk yang ditemukan di kitab Imamat.
Rabbi Glazerson menemukan kata-kata ‘D. Trump’ dan ‘presiden Amerika Serikat’yang berdekatan dengan kata ‘Koresh’. Semua kata-kata ini bersebelahan dengan kata ‘Moshiach’, yang digunakan dalam ayat itu secara eksplisit sebagai karakteristik dari seorang imam yang diurapi.
Imamat 4:5 (AI) Dan imam yang diurapi (moshiach) itu harus mengambil sebagian darah lembu jantan muda itu dan harus membawanya ke dalam kemah pertemuan.
 “Sudah jelas Trump bukan Moshiach,” kata Rabbi Glazerson mengingatkan, menjelaskan hubungan unik itu.
“Koresh disebut Moshiach karena dia membantu orang-orang Yahudi untuk kembali ke Israel dan mulai membangun Bait Suci Kedua. Trump itu seperti Koresh, karena dia seharusnya membantu orang-orang Yahudi di Israel, mungkin untuk membangun Bait Suci.”
Hubungan Trump-Koresh sudah diketahui, bahkan sebelum pemilihan presiden, oleh banyak orang Kristen Injili yang mendukung janji kampanye Trump untuk menetapkan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Pembicara evangelis, Lance Wallnau, menulis sebuah buku laris berjudul “God’s Chaos Candidate”.
“Ini bukan pemilihan normal, jadi kami hampir pasti membutuhkan seorang kandidat yang berbeda,” kata Wallanu dalam sebuah wawancara dengan CBN News sesaat sebelum pemilihan. “Trump memiliki pengurapan Koresh untuk bernavigasi di dalam kekacauan. [Koresh] datang, raja ini, sebagai seorang penguasa sekuler dan mendeklarasikan untuk pembangunan bait Tuhan. Dia benar-benar memungkinkan orang-orang Yahudi mengakhiri penawanan.”
Wallanu menunjukkan bahwa sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat, Trump akan mewujudkan pasal ke-45 dari Yesaya, di mana Raja Persia, Koresh, membangun kembali Bait Suci Yahudi di Yerusalem.
Trump secara pribadi mendekatkan hubungannya dengan raja Persia itu. Pada bulan Maret, Presiden Trump mengeluarkan sebuah pernyataan resmi pada peristiwa Nowruz, Tahun Baru Persia, di mana dia mengutip Raja Koresh.
“Kemerdekaan, martabat, dan kekayaan, secara bersama-sama merupakan kebahagiaan terbesar umat manusia. Jika Anda mewariskan ketiganya itu kepada rakyatmu, cinta mereka bagimu tidak akan pernah mati,” kutipan itu dibacakan.
Setelah pengumuman bersejarah Presiden Trump pada hari Rabu yang lalu, sekitar 250 rabbi Israel menandatangani sebuah surat ungkapan penghargaan yang diprakarsai oleh Rabbi Shmuel Eliyahu, Kepala Rabbi Tzfat. Dalam sebuah wawancara dengan Berita Nasional Israel, Rabbi Eliyahu menjelaskan bahwa motif pengiriman surat tersebut digerakkan oleh perbandingan antara presiden Amerika dan Koresh.
“Kami menyebutkan kepadanya dalam surat bahwa ketika [Nabi] Nehemia datang kepada Koresh, untuk membangun Yerusalem, untuk memperkuat dan mengokohkan kedudukannya, segala macam orang yang kecil imannya berdiri di antara orang-orang non Yahudi, dan – memalukan bagi kami – dari kalangan elit dari bangsa kami sendiri, dan berusaha menghentikan ini,” kata Rabbi Eliyahu.
“Tapi [Koresh] bertekad untuk melakukan kehendak Elohim dan rencana-rencana orang-orang lain itu gugur, dan pada akhirnya mereka pun mengerti bahwa kehendak Elohim akan terlaksana.”
Tahun lalu, Sanhedrin merasa bahwa hubungan antara Trump dan Koresh begitu kuat, sehingga mereka mengirimkan surat kepada presiden yang baru terpilih, memanggilnya untuk membangun Bait Suci. Mengingat deklarasi Trump baru-baru ini mengenai Yerusalem, Sanhedrin mengakui bahwa hubungan ini telah terwujud, namun bersikap hati-hati, bagaimana hal ini akan berkembang di dalam lingkungan politik saat ini.
Tindakan “Koresh” tidak akan ada gunanya, akan terlupakan oleh sejarah, jika seandainya itu tidak berpuncak kepada berdirinya Bait Suci Kedua,” kata Rabbi Weiss, juru bicara Sanhedrin. “Trump tidak melakukan ini.”
“Jika dia meninggalkan kami tanpa Bukit Bait Suci, maka pengumuman besarnya tidak akan berarti dan akan sangat merugikan,” rabbi memperingatkan. “Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palestina dengan cerdik merujuk kepada Yerusalem Timur untuk menyembunyikan maksud mereka yang sesungguhnya, untuk menjadikan Israel tanpa ibukota sejati mereka. Presiden Trump mengatakan bahwa dia mendirikan ibukota Israel, dan ini secara mutlak harus didasarkan di sekitar Bait Suci.”
“Jika Trump, seperti halnya Koresh, membantu membangun kembali Bait Suci, itu akan memperkuat Amerika, sama seperti Koresh mendirikan sebuah kerajaan yang berkuasa dan berkembang pesat sesudah mengambil bagian dalam membangun Bait Suci.”

Referensi: